NawaBineka – Buat Kamu yang doyan jajan, mulai sekarang patut waspada karena Badan Kesehatan Dunia atau WHO menemukan banyak jajanan di Indonesia mengandung lemak trans yang berisiko serangan jantung.
Asam lemak trans (ALT) atau trans fatty acids (TFA) adalah asam lemak tak jenuh yang berasal dari industri atau sumber alami. Lemak trans industrial dihasilkan dari proses hidrogenasi pada minyak nabati, yang mengubah minyak dari cair menjadi padat, dan menghasilkan minyak yang terhidrogenasi sebagian (partially hydrogenated oil/PHO).
Baca Juga: Bangga! Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal RI Salip AS hingga Jepang
Nah, jika Kamu konsumsi lemak trans dalam jumlah besar dapat memicu peningkatan risiko serangan jantung dan kematian akibat penyakit jantung koroner. WHO menemukan lemak-lemak ini kerap kali ditemukan di produk pangan dan jajanan yang beredar di Indonesia.
Penelitian WHO tersebut bertujuan untuk mengetahui jenis makanan yang mengandung lemak trans dan kadarnya. Penelitian menggunakan 130 sampel dari empat kategori makanan yang diuji di laboratorium.
Kategori pertama adalah lemak dan minyak (minyak goreng, minyak salad, lemak kue, shortening, hingga ghee, kemudian kategori kedua adalah margarin dan selai seperti selai kacang, kategori ketiga berasal dari makanan kemasan, seperti biskuit, kukis, wafer, kue tar, hingga roti, serta kategori terakhir berasal dari makanan siap saji, seperti gorengan hingga roti.
Dari penelitian tersebut ditemukan 11 dari 130 sampel atau sekitar 8,46 persen mengandung lemak trans lebih dari dua persen total lemak, melebihi rekomendasi WHO.
“Temuannya menunjukkan bahwa hampir 10 persen sampel mengandung lemak trans melebihi ambang batas yang direkomendasikan WHO, yakni kurang dari 2 g/100g total lemak,” ucap dr Lubna Bhatti, Team Lead NCDs and Healthier Population, WHO Indonesia, Senin (6/5/2024).
Baca Juga: Arab Saudi Larang Haji ‘Backpacker’, Ini Aturan Terbarunya!
Menurut dr Lubna, kadar lemak trans yang tinggi banyak ditemukan pada jajanan yang banyak dikonsumsi, seperti biskuit, wafer, produk roti, dan jajanan kaki lima seperti martabak dan roti maryam. Jajanan yang populer di kalangan anak-anak berpotensi membuat generasi mendatang berisiko mengalami kesehatan yang buruk, khususnya penyakit jantung.
Sementara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dr Eva Susanti mengatakan, lemak trans juga memiliki kaitan dengan penyakit tidak menular lainnya, seperti kanker hingga diabetes.
“Kemudian juga dia terkait langsung juga risiko dengan preeklamsi, kemudian sistem kehamilan atau memperpendek masa kehamilan sehingga risiko keguguran, kemudian gangguan sistem saraf, kanker usus besar, obesitas, diabetes, dan alergi,” kata Eva.
“Jadi sebenarnya bukan jantung saja. Kemudian kalau kita lihat stroke juga bisa berpengaruh, biasanya kan stroke terjadi karena penyumbatan karena kandungan LDL. Tadi juga disampaikan risiko utama lemak trans bisa menyebabkan kadar LDL jadi lebih tinggi,” sambungnya.
Eva menjelaskan, sekitar 26,7 persen warga Indonesia mengonsumsi lemak yang berlebihan dan kurang beraktivitas fisik atau olahraga. Hal ini menurutnya menjadi faktor risiko angka kematian akibat PTM tinggi di Indonesia.
“Ini kalau kita lihat ada 95 persen lebih, 95,5 persen masyarakat Indonesia itu kurang makan buah dan sayur, dan sekitar 33 persen kurang aktivitas fisik, untuk konsumsi lemak sekitar 26,7 persen,” ungkap Eva.
“Di sini yang menjadi sebab permasalahan ini yang tadinya merupakan dasar temuan kita, menjadi landasan ilmiah untuk bisa menegakkan suatu kebijakan yang lebih baik lagi,” pungkasnya.
Baca Juga: Viral Pria Kribo Bayar Makan Seenaknya di Warteg, Berujung Ditangkap Polisi