NawaBineka – Udang Selingkuh, atau dikenal sebagai lobster air tawar, menetap di sungai-sungai Pegunungan Papua pada ketinggian 1.650-1.750 meter di atas permukaan laut. Masyarakat setempat memberinya julukan “udang selingkuh” karena gabungan bentuk udang dan capit kepiting.
Ciri uniknya melibatkan cangkang lebih keras, capit lebih kecil, dan warna tubuh hitam kebiruan. Habitat aslinya terletak di Sungai Baliem, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. Dalam ilmu pengetahuan, udang ini termasuk dalam genus Cherax sp, berperan sebagai organisme dasar, dan beraktivitas di dasar perairan.
Pegunungan Papua menyimpan 13 spesies Cherax, termasuk Cherax monticola dan Cherax lorenzi. Udang selingkuh dapat ditemukan di Danau Habema, Danau Paniai, Danau Tage, dan Danau Tigi. Penelitian menunjukkan bahwa persebarannya terbatas pada wilayah tertentu, menandakan kekhasan dan endemisitas.
Dalam penelitian di Gua Tobece, peneliti menemukan spesies udang selingkuh lain yang lebih kecil dan transparan. Lobster air tawar Cherax sp bersifat endemik dan memiliki persebaran yang terbatas.
Udang selingkuh menjadi hidangan favorit di Kota Wamena, diolah dengan berbagai bumbu seperti saus tiram, lada hitam, asam manis, atau saus padang. Tekstur padat, lembut, dan berserat, serta kandungan gizi tinggi menjadikannya pilihan kuliner yang lezat dan bergizi.
Proses memasaknya bisa dengan dibakar atau direbus, mengungkap kelembutan dan kegurihan rasanya. Dalam setiap hidangan, udang selingkuh membawa cita rasa Pegunungan Papua yang unik dan kaya.