NawaBineka – Saat berpuasa, jumlah asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh berkurang dari biasanya. Kurangnya asupan cairan selama puasa dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami dehidrasi dan mempengaruhi kondisi kesehatan kulit.
Beberapa masalah kesehatan kulit yang berpotensi muncul saat berpuasa, di antaranya; kulit kering, kulit kusam, kulit tampak lelah akibat perubahan pada pola makan dan pola tidur, hingga kulit kasar dan bersisik dikarenakan banyaknya aktivitas fisik di luar ruangan selama berpuasa.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk merawat kulit agar tetap sehat dan glowing saat berpuasa. Seperti yang dirangkum dari berbagai sumber, berikut rahasia merawat kulit saat berpuasa:
- Menjaga asupan cairan untuk kulit dengan rumus 2-4-2, yaitu dua gelas saat berbuka, empat gelas saat malam, dan dua gelas saat sahur.
- Perbanyak makan buah saat berbuka puasa dan sahur, disarankan untuk memilih buah dengan kandungan air yang banyak seperti semangka, stroberi, atau tomat, yang tidak hanya memberikan nutrisi untuk kulit, namun juga dapat menggantikan cairan yang hilang dari dalam tubuh.
- Membersihkan wajah dengan bahan dan jenis pembersih yang sesuai dengan karakter kulit masing-masing. Untuk pemilik kulit berminyak wajib membersihkan wajah secara benar terutama setelah beraktivitas. Beberapa bahan kandungan yang direkomendasikan yaitu salicylic acid, tea-tree oil, dan charcoal yang dapat mengurangi minyak berlebih.
- Menggunakan tabir surya. Sinar matahari mengandung radiasi UV yang menimbulkan efek buruk bagi kulit. Untuk itu, diperlukan perlindungan ekstra untuk menangkal bahaya dari sinar UV. Gunakanlah tabir surya dengan SPF minimal 30 dan PA+++ untuk perlindungan maksimal, dan pastikan untuk mengaplikasikannya setiap beberapa jam terutama saat banyak beraktivitas di luar ruangan. Untuk kulit sensitif, pilih sunscreen berbasis mineral seperti zinc oxide atau titanium dioxide yang cenderung lebih reaktif terhadap bahan kimia yang terkandung di dalamnya.
Beberapa gejala kerusakan kulit yang disebabkan oleh radiasi UV antara lain munculnya garis-garis halus, keriput, dan noda hitam, serta elastisitas kulit yang berkurang, kulit kusam, hingga kemerahan, yang dapat menyebabkan kulit terasa seperti terbakar sampai mengelupas karena sel-sel kulit yang rusak.
Menurut certified dermatologist, dr. Eddy karta, SpKK, PhD, pada dasarnya, tabir surya memiliki beragam bentuk, seperti sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar UV sebelum masuk ke jaringan kulit. Selain itu ada juga sunblock yang bekerja dengan melapisi kulit untuk menghalau sinar UV masuk ke jaringan kulit.
Tekstur sunblock biasanya lebih kental daripada sunscreen, sehingga cenderung menimbulkan whitecast jika digunakan sehari-hari, sedangkan sunscreen cenderung memiliki tekstur yang lebih ringan dan beragam, seperti lotion, gel, hingga cream.
“Berada di iklim tropis dan lembab serta dipenuhi polusi udara, menjadikan penggunaan tabir surya menjadi hal penting. Tersedia berbagai jenis tabir surya yang dapat digunakan sesuai karakter kulit masing-masing seperti gel, lotion, ataupun cream. Sebaiknya, pilihlah sunscreen dengan kandungan SPF (sun protector factor) minimal 30 PA+++ dan kandungan anti polusi,” tambah dr. Eddy.
Sunscreen berbentuk cream atau yang lebih familiar disebut suncream menjadi inovasi baru dalam kelompok tabir surya, karena memiliki tekstur yang ringan dan cocok diaplikasikan di semua karakter kulit. Suncream juga lebih cocok digunakan di iklim tropis seperti Indonesia, karena sekaligus bisa menghidrasi kulit tanpa menyebabkan minyak berlebih dan tidak menimbulkan whitecast.