Nawabineka – Konsumsi daging merah sering menjadi sorotan karena dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini terutama disebabkan oleh kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat dalam beberapa jenis daging merah, seperti daging sapi berlemak, kambing, dan babi. Lemak jenuh diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner.
Namun, hubungan antara daging merah dan penyakit jantung tidak selalu hitam-putih. Tidak semua jenis daging merah memiliki efek yang sama terhadap kesehatan. Potongan daging yang lebih rendah lemak, seperti tenderloin atau sirloin, mengandung lebih sedikit lemak jenuh dan bisa menjadi bagian dari diet yang sehat jika dikonsumsi dalam porsi yang tepat.
Penting juga untuk memperhatikan cara pengolahan daging merah. Metode memasak seperti memanggang, merebus, atau memanggang dengan suhu rendah lebih direkomendasikan dibandingkan menggoreng atau membakar daging pada suhu tinggi. Proses memasak yang terlalu panas dapat menghasilkan senyawa karsinogenik, seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan amina heterosiklik (HCA), yang dapat merusak kesehatan pembuluh darah.
Kombinasi konsumsi daging merah dengan makanan tinggi serat, seperti sayuran hijau, biji-bijian, dan buah-buahan, dapat membantu mengurangi dampak negatif daging merah. Serat membantu mengurangi penyerapan lemak jenuh dan meningkatkan kesehatan jantung secara keseluruhan. Selain itu, mengimbangi dengan olahraga teratur dan mengurangi konsumsi makanan tinggi gula dan garam juga penting.
Konsumsi daging merah yang moderat dan selektif, disertai dengan gaya hidup sehat, tidak harus menjadi ancaman bagi kesehatan jantung. Menjaga porsi, frekuensi, dan cara memasak yang tepat dapat membantu menikmati manfaat gizi daging merah tanpa meningkatkan risiko penyakit jantung.