NawaBineka – Najwa Shihab, seorang jurnalis kawakan yang kerap menyuarakan kritik tajam dalam berbagai isu publik, kembali menjadi perbincangan hangat. Dalam sebuah siaran langsung baru-baru ini, Najwa melontarkan celetukan tentang mantan Presiden Joko Widodo yang menggunakan pesawat milik TNI AU untuk pulang ke Solo setelah berakhirnya masa jabatan.
“Eh, Pak Jokowi nebeng pesawat TNI AU, ya?” begitu kira-kira candaan satir yang terlontar dari Najwa Shihab.
Baca Juga: Manfaat Penggunaan Dental Floss: Lebih dari Sekadar Membersihkan Sela Gigi
Meski terdengar ringan, komentar ini ternyata langsung ramai di media sosial, di mana berbagai reaksi muncul dari netizen. Ada yang tersenyum mendengar celetukan tersebut sebagai sebuah kritik halus, namun tak sedikit juga yang merasa komentar ini kurang tepat untuk seorang mantan kepala negara yang menerima penghormatan kenegaraan.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Setelah lengser dari jabatan, Jokowi pada dasarnya sudah tidak memiliki akses ke pesawat kepresidenan dan, seperti yang direncanakan sebelumnya, akan menggunakan penerbangan komersial untuk kembali ke Solo.
Namun, Prabowo Subianto—yang baru dilantik sebagai Presiden RI—meminta agar Jokowi diantar oleh TNI AU sebagai tanda penghormatan kenegaraan terakhir. Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Projo dan Menteri Koperasi, menyampaikan bahwa Prabowo ingin memberi penghargaan khusus pada Jokowi, yang dianggap layak mendapat fasilitas negara pada momen simbolis tersebut.
Komentar Najwa soal “nebeng” ini pun menuai tanggapan beragam. Di satu sisi, ada yang merasa bahwa candaan tersebut justru memperlihatkan gaya kritik khas Najwa yang selalu berani dan santai.
Namun, sejumlah warganet tidak terima dan menganggap komentar tersebut sebagai bentuk ketidakpatutan. Beberapa di antaranya menganggap Najwa “mulutnya terlalu tajam,” sementara ada juga yang menyebut bahwa ia “tidak menghormati mantan Presiden Jokowi”.
Di Twitter, reaksi tersebut terus mengalir. Sebagian netizen menganggap, meski maksud Najwa bukan untuk merendahkan, komentar itu terkesan kurang sensitif.
“Mantan presiden itu wajar mendapat penghormatan terakhir, Mbak Nana,” tulis salah satu pengguna Twitter.
Namun, pendukung Najwa menilai komentar tersebut sebagai gaya humor yang hanya sekadar menambah kehangatan suasana. “Satir aja kok dipermasalahin, Mbak Nana tuh cuma bercanda!” sahut warganet lain.
Najwa Shihab, Kritik Satir, dan Gaya Jurnalistiknya
Najwa Shihab bukan sosok asing dalam hal kritik politik dan satir. Jurnalis yang kerap disapa Mbak Nana ini sudah sejak lama dikenal dengan komentar-komentarnya yang tajam dan sering kali menyinggung isu-isu sensitif dalam politik.
Gaya bicaranya yang lugas dan terkadang bernada santai membuatnya sering dianggap sebagai suara independen dalam dunia jurnalisme Indonesia.
Namun, candaan terbaru ini menjadi sorotan tersendiri karena publik menilai, untuk seorang mantan presiden, sindiran tersebut mungkin terasa kurang pantas. Bahkan, beberapa tokoh publik turut mengomentari bahwa saat mantan presiden melakukan perjalanan terakhir, sebaiknya tidak perlu ada kritik satir yang bisa memancing pro dan kontra.
Etika dalam Mengkritik Mantan Pemimpin
Peristiwa ini memunculkan kembali diskusi soal etika dalam mengkritik tokoh publik. Dalam banyak negara, mantan presiden biasanya menerima semacam “respek publik” dan dilindungi dari sindiran-sindiran tajam sebagai bentuk penghormatan atas jasa yang pernah diberikan.
Sementara Najwa mengutarakan komentarnya dalam konteks santai, isu ini mengundang pertanyaan lebih besar: seberapa jauh kritik seharusnya diberikan pada mantan pemimpin? Apakah ada batasannya, atau justru penting untuk tetap terbuka tanpa pandang bulu?
Komentar Najwa tentang “nebeng” ini viral dalam waktu singkat, yang menunjukkan bahwa media sosial dapat menjadi alat penyebaran opini yang luar biasa cepat. Potongan video komentar Najwa dibagikan ribuan kali, di-retweet, bahkan diedit dengan berbagai caption menarik, yang menjadikan isu ini makin besar dari sekadar candaan.
Media sosial telah membuat tokoh publik seperti Najwa harus ekstra hati-hati, mengingat setiap komentar mereka bisa langsung memicu reaksi publik.
Bagaimana Najwa Merespons?
Najwa Shihab memang telah meluruskan komentarnya dalam siaran tersebut dengan mengatakan bahwa “TNI AU mengantar langsung” sebagai klarifikasi bahwa bukan murni “nebeng.”
Baca Juga: Hujan Berlian di Neptunus dan Uranus: Fakta atau Mitos?
Namun, netizen tetap saja mengkritisi komentar awal yang dianggap berlebihan. Najwa sendiri belum memberikan komentar lebih lanjut di luar siaran tersebut, namun jelas bahwa isu ini akan menjadi refleksi baginya serta media dalam menyampaikan kritik dengan lebih berhati-hati.
Kontroversi ini menunjukkan bahwa gaya kritis dan satir Najwa Shihab memang punya efek kuat di masyarakat. Sebagai publik figur yang punya pengaruh besar, Najwa sering kali berhadapan dengan ekspektasi publik yang beragam.
Ke depannya, mungkin komentar-komentar satir yang serupa akan semakin banyak menimbulkan diskusi serupa di kalangan warganet, mengingat kritik semacam ini masih menjadi alat penting bagi jurnalis dan komentator dalam menyuarakan pandangannya.