Monday, December 23, 2024
spot_img
HomeNewsNasionalMenyingkap Tabir Kematian Brigadir RA yang Tembak Kepala Sendiri, Ponsel Jadi Bukti...

Menyingkap Tabir Kematian Brigadir RA yang Tembak Kepala Sendiri, Ponsel Jadi Bukti Penting

NawaBineka – Brigadir Ridhal Ali Tomi (Brigadir RA), anggota Satlantas Polres Manado ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian kepala di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan, pada Kamis 25 April 2024. Diduga kuat Brigadir RA tewas bunuh diri.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal membenarkan adanya dugaan motif Brigadir RA melakukan aksi bunuh diri. Masalah pribadi jadi motif kuat kasus tersebut. 

Baca Juga: Ketika Sri Mulyani Buka Suara Terkait 3 Kasus Viral Bea Cukai, dari Sepatu Impor hingga Hibah Alat SLB

Baca Juga: Polemik Warung Madura Dilarang Buka 24 Jam, Begini Awal Mulanya

Ade menjelaskan, guna mendalami motif Brigadir RA nekat menembak kepalanya sendiri, pihaknya bakal mengungkap bukti penting, yakni ponsel milik anggota Satlantas Polresta Manado tersebut. Selain itu, pihaknya juga akan meminta keterangan dari istri dan pihak keluarga korban. 

“Untuk motif, dia bunuh diri karena masalah pribadi. Itu masih kita dalami kepada istri, kerabat, dan keluarga. Kita akan buka nanti isi handphone yang bersangkutan,” kata Ade Rahmat, Sabtu (27/4/2024).

Dia menegaskan, tewasnya Brigadir RA karena bunuh diri bukan korban pembunuhan. Hal itu diketahui setelah pihaknya melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan rekaman kamera pengawas atau CCTV di lokasi kejadian, serta meminta keterangan belasan saksi.

Detik-Detik Brigadir RA Diduga Bunuh Diri dengan Cara Menembak ke Arah Kepalanya Sendiri di Dalam Sebuah Mobil Alphard di Kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024). (Dok: X/@tijabar)

“Clear, kan, itu bukan pembunuhan, itu bunuh diri. Kita sudah olah TKP, kita periksa rekaman CCR-nya, sudah beberapa saksi, sudah sekitar 18 saksi diperiksa di TKP,” ucap Ade.

Keluarga Minta Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi

Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi menyampaikan jenazah korban Brigadir RA diputuskan tidak diautopsi. Keputusan itu diambil setelah pihak keluarga tidak bersedia jasad korban diautopsi. 

Jenazah Brigadir RA sudah langsung diambil pihak keluarga untuk dipulangkan ke Manado, Sulawesi Utara. Sebab, Brigadir RA akan dimakamkan di Manado.  

“Keluarga telah menegaskan telah memberikan statement bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah dari almarhum RA,” ungkap Henrikus Yossi.

Pihak rumah sakit, lanjut dia,  hanya melakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa dilakukan autopsi. Selain itu pihak keluarga juga telah mendapat penjelasan dari dokter forensik terkait kondisi jenazah. 

Istri dan Polisi Beda Pendapat soal Brigadir RA di Jakarta

Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Ade Rahmad Idnal mengatakan Brigadir Ridhal Ali atau Brigadir RA datang ke Jakarta untuk mengunjungi kerabat. Dia menyatakan, saat kejadian Brigadir RA sedang cuti.

Namun, pengakuan berbeda disampaikan istri Brigadir RA, yakni Novita Husain. Menurut sang istri, Brigadir RA datang ke Jakartauntuk menjadi ajudan seorang polisi wanita (polwan).

Baca Juga: Lihat Penampilan Terbaru Ammar Zoni, Irish Bella Ngaku Salah

“Dia ke Jakarta katanya menjadi ajudan. Saya tahu bosnya itu Polwan yang bawa dia ke Jakarta,” tutur Novita.

Novita menyatakan, Brigadir RA sempat mengaku tidak betah kerja di tempat tersebut. Pengakuan tersebut didengar langsung saat sang suami menelpon Novita.

“Lewat telpon almarhum bilang sudah tidak nyaman kerja di sana. Tapi saya juga tidak tahu maksudnya apa,” kenang Novita.

Dia pun yakin jika suaminya tidak akan nekat bunuh diri. Sebab, Brigadir RA merupakan sosok yang bertanggung jawab kepada keluarganya dan pekerja keras.

“saya tidak percaya, karena saya tahu sifatnya seperti apa. Almarhum sangat sayang anak-anak jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu,” tutur ibu tiga anak itu.

Novita menuturkan suaminya sudah bertugas di Jakarta sejak tahun 2022. Brigadir RA pulang ke Manado per 3 bulan sekali untuk menemui Novita dan anak-anak.

“Jadi dia keluar rumah pergi ke Jakarta bulan Maret sebelum puasa dan dia tidak pulang sampai selesai lebaran kemarin,” ujar Novita.

Dia sempat meminta Brigadi RA pulang ke Manado. Namun, karena masih ada tugas pekerjaan di Jakarta sehingga permintaan Novita tak dikabulkan.

“Saya minta dia pulang dulu ke Manado. Tapi katanya masih ada tugas di Jakarta jadi gak bisa pulang. Keluarga kemudian mendapat kabar suaminya sudah tewas. Awalnya kami tidak percaya tapi setelah polisi dari Polresta Manado datang ke rumah baru kami percaya,” urainya.

Anggota Polisi dari Polres Jakarta Selatan Melakukan Olah TKP Kematian Brigadir RA di Sebuah Rumah Mewah di Kawasan Mampang, Jakarta Selatan. (Foto: Humas Polres Jakarta Selatan)
Anggota Polisi dari Polres Jakarta Selatan Melakukan Olah TKP Kematian Brigadir RA di Sebuah Rumah Mewah di Kawasan Mampang, Jakarta Selatan. (Foto: Humas Polres Jakarta Selatan)

Benarkah Brigadir RA Jadi Ajudan Bos Batu Bara?

Pemilik rumah mewah di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan yang menjadi lokasi anggota Satlantas Polres Manado Brigadir RA tewas dengan luka tembak di kepala disebut milik pengusaha batu bara bernama Indra.

Hal itu diungkap, Ketua RT 10 RW 02 Kelurahan Tegal Parang, Daniah. Dia  mengaku mengetahui hal tersebut berdasarkan laporan data warga yang disampaikan melalui satu penjaga rumah tersebut.

Daniah menyebut rumah itu ditinggali oleh dua keluarga yakni keluarga Indra dan kakak Indra yang bernama Devi. Namun, dia tidak tahu persis jumlah orang yang tinggal dirumah tersebut. 

“Pas mau pindah ke sini ada laporan lah biasa ya kan gitu kan minta laporan warga baru. Yang datang penjaganya nah datang ke sini ini terus dia bilang seperti itu ini atas nama ini ini ini dia bilang gitu kan keluarga, beliau pengusaha batu bara,” ungkap Daniah.

“Saya lihat penjaganya itu banyak,” lanjut dia.

Indra Pratama selaku pemilik rumah mengungkap dirinya memang mengenal Brigadir RA. Namun, Indra menyatakan Brigadir RA itu tidak bekerja maupun melakukan tugas pengawalan untuk dirinya.

Baca Juga: Timnas Indonesia Bertemu Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23, Shin Tae-yong Siapkan Strategi Jitu

Menurut Indra, keberadaan Brigadir RA di kediamannya adalah dalam rangka silaturahmi. Namun, Indra membenarkan bahwa Brigadir RA sudah berada di rumahnya selama satu pekan.

“Dia baru seminggu berkunjung di sini ya. Dia tujuannya ke sini untuk silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang,” tegas Indra.

Sementara istri Indra, Devi menuturkan, dirinya berkenalan dengan Brigadir RA saat ke Manado dalam rangka urusan pekerjaan.

Indra berharap, publik tidak banyak berasumsi liar tentang kematian Brigadir RA. 

“Saya juga minta tolong ke awak media jangan membuat berita hoaks, ini kan juga masih dalam situasi berduka ya. Jangan banyak asumsi lah ya yang timbul. Kita serahkan ke kepolisian saja,” beber Indra. 

Sementara istri Indra, Devi menjelaskan mengenal Brigadir RA saat berkunjung ke Manado untuk urusan pekerjaan. Namun, dia tidak menjelaskan secara rinci terkait perkenalannya dengan anggota Satlantas Polresta Manado itu.

“Pada saat saya datang ke Manado. Ya urusan pekerjaan ya. Saya lupa tahunnya. Intinya itu aja,” singkat Devi.

Devi meminta masyarakat untuk menunggu informasi yang jelas dan valid dari kepolisian perilhal penyebab kematian Brigadir RA. 

“Kami juga minta tolong lah, keluarga kami juga terpukul dengan adanya ini. Apalagi kemarin ada juga di lokasi kejadian ada anak kita yang di bawah umur. Jadi saya juga khawatir, terpukul juga,” pinta Devi.

Almarhumah Brigadir Ridhal Ali Tomi meningalkan seorang istri Novita Husain 37 tahun dan 3 orang anak, seorang pria yang masih berusia 7 tahun bernama Adam Ali, dan anak perempuan Kenza Ali yang masih berusia 5 tahun dan anak bungsu Kinara Ali baru berusia 3 bulan.

Catatan Redaksi:

Bunuh diri bukanlah solusi untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami tekanan dan muncul pikiran untuk bunuh diri, segeralah hubungi hotline bunuh diri Indonesia melalui nomor 1119 (ekstensi 8) atau hotline kesehatan jiwa Kemenkes di nomor 021-500-454. 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments