NawaBineka – Film ‘A Business Proposal’ (2025) tampaknya mengalami nasib buruk setelah mendapat seruan boikot dari penggemar konten Korea. Film yang diadaptasi dari drama Korea populer ini menghadapi perlawanan sengit dari netizen, yang berdampak langsung pada rating dan jumlah penontonnya.
Pantauan di situs IMDb per 9 Februari 2025, film ini hanya mendapatkan rating 1.0/10 dari 5.000 pengguna. Angka ini tergolong sangat rendah, bahkan untuk film adaptasi yang berasal dari karya yang sudah memiliki basis penggemar besar.
Tak hanya itu, penjualan tiket di hari-hari awal penayangan juga menunjukkan angka yang mengecewakan. Sejumlah bioskop dilaporkan kosong pada hari pertama dan kedua, hingga beberapa jaringan bioskop memutuskan mengurangi jumlah layar dan jadwal pemutaran film ini.
Imbas Kontroversi Abidzar Al-Ghifari
Salah satu penyebab utama boikot ini diyakini berasal dari kontroversi yang melibatkan Abidzar Al-Ghifari, salah satu pemeran utama dalam film tersebut. Pernyataannya yang dianggap merendahkan penggemar konten Korea memicu kemarahan warganet, terutama komunitas K-pop dan K-drama.
Meskipun Abidzar telah meminta maaf dan pihak studio mengeluarkan surat terbuka, banyak penggemar yang belum bisa menerima dan tetap menyerukan boikot. Di media sosial, tagar #BoikotABusinessProposal masih terus bergema, menunjukkan bahwa kekecewaan penggemar belum mereda.
Menanggapi situasi ini, Produser Falcon Pictures, Frederica, menyatakan bahwa mereka tetap menjalankan rencana awal terkait distribusi film ini.
“Jalani saja. Kami jalani saja sih. Kan teman-teman pasti tahu yang terjadi, kita bisa baca semua di media sosial,” ujar Frederica.
Meskipun demikian, rendahnya rating serta sepinya jumlah penonton menjadi bukti bahwa boikot ini berdampak cukup besar pada performa film di bioskop.
Nasib Film ‘A Business Proposal’ di Indonesia
Dengan awal yang buruk ini, film ‘A Business Proposal’ (2025) berpotensi menghadapi kesulitan lebih besar di minggu-minggu berikutnya. Jika tren boikot terus berlangsung, bukan tidak mungkin film ini akan mengalami pengurangan layar lebih lanjut atau bahkan ditarik lebih cepat dari peredaran.
Kini, yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah film ini mampu bangkit dari keterpurukan atau justru semakin tenggelam akibat seruan boikot yang terus menguat? Waktu yang akan menentukan.