NawaBineka – Pada 15 September 2024, Mall Gandaria City menjadi saksi kerusuhan tak terduga yang dipicu oleh antrean panjang untuk mendapatkan boneka viral bernama Labubu. Para pembeli, yang telah menunggu lama untuk membeli boneka tersebut, kecewa ketika stok Labubu dinyatakan habis oleh pihak penjual. Meski pengumuman telah disampaikan melalui pengeras suara, suasana tetap memanas karena banyak pelanggan merasa frustrasi setelah mengantre berjam-jam tanpa mendapatkan boneka idaman mereka.
Ketegangan memuncak hingga beberapa pembeli mengancam akan membawa kasus ini ke jalur hukum, merasa diperlakukan tidak adil. Untuk meredam situasi, pihak penyelenggara memberikan kartu prioritas kepada mereka yang gagal mendapatkan Labubu, yang memberi mereka kesempatan untuk mengantre lebih awal pada hari berikutnya. Namun, solusi ini pun tidak sepenuhnya menenangkan karena stok Labubu masih bergantung pada ketersediaan produk.
Baca Juga: Bahaya Parasitas pada Kucing: Kutu, Tungau, dan Cacing
Apa yang Membuat Labubu Begitu Populer?
Labubu bukanlah boneka gantungan kunci biasa. Dibuat oleh perusahaan Pop Mart, Labubu memiliki desain unik dengan senyum lebar, gigi tajam, dan wajah yang dianggap menggemaskan oleh para penggemarnya. Sebagai bagian dari koleksi “The Monster” yang mencakup karakter lain seperti Zimomo dan Spooky, Labubu memiliki daya tarik tersendiri. Desain boneka ini terinspirasi oleh dongeng Nordik dan mitologi Skandinavia, yang menciptakan citra misterius dan menawan pada boneka tersebut.
Salah satu fitur menarik dari Labubu adalah konsep “blind box” yang diterapkan oleh Pop Mart. Para pembeli tidak tahu boneka edisi apa yang akan mereka dapatkan, sehingga menciptakan sensasi mendebarkan dalam mengoleksi produk ini. Ditambah dengan edisi-edisi terbatas, Labubu semakin menjadi incaran para kolektor yang ingin memiliki boneka yang langka dan eksklusif.
Labubu dan Dampak Lisa Blackpink
Namun, lonjakan popularitas Labubu yang luar biasa sebenarnya dimulai ketika Lisa, salah satu anggota Blackpink, mengunggah foto dirinya bersama boneka Labubu di akun Instagram pribadinya pada April 2024. Sebagai salah satu idol K-pop paling berpengaruh dengan jutaan penggemar di seluruh dunia, apa pun yang dikenakan atau digunakan oleh Lisa dengan cepat menjadi tren global. Tak terkecuali Labubu, yang langsung menjadi incaran para penggemar Lisa di seluruh dunia.
Kekuatan media sosial yang dimiliki oleh Lisa mengubah Labubu dari sekadar boneka koleksi menjadi simbol gaya hidup bagi para penggemar K-pop. Ribuan penggemar rela mengantre panjang demi mendapatkan boneka ini, mengikuti jejak sang idola. Tidak heran, Labubu mendadak menjadi salah satu produk yang paling dicari di banyak negara, terutama di Asia.
Baca Juga: Cara Merawat Anak Kucing yang Baru Lahir: Tips untuk Pemula
Keterbatasan Stok dan Harga yang Melonjak
Seiring dengan meningkatnya permintaan, harga Labubu pun melonjak drastis. Di beberapa tempat, boneka ini dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung pada edisi dan ketersediaannya. Labubu memiliki daya tarik tersendiri karena beberapa edisi dijual dalam jumlah terbatas, menjadikannya semakin langka dan bernilai tinggi.
Tak hanya itu, keterlibatan desainer lokal dalam pembuatan aksesori dan pakaian khusus untuk Labubu turut menambah daya tarik boneka ini. Salah satu desainer Indonesia, misalnya, yang dikenal dengan akun @depedia, terlibat dalam mendesain baju untuk Labubu, menjadikan boneka ini semakin unik dan personal bagi para penggemarnya.
Lebih dari Sekadar Boneka
Fenomena Labubu membuktikan bahwa nilai sebuah barang tidak semata-mata diukur dari fungsinya. Labubu mungkin terlihat seperti boneka monster kecil yang sederhana, tetapi kombinasi antara kelangkaan, narasi menarik, dan pengaruh selebritas global seperti Lisa Blackpink menjadikannya fenomena yang lebih besar dari sekadar mainan. Labubu kini bukan hanya sekadar koleksi, melainkan simbol identitas dan tren global yang melekat erat dengan dunia hiburan dan budaya pop.
Dengan segala keunikan dan popularitasnya, Labubu berhasil menjadi ikon baru di dunia koleksi mainan, membuktikan bahwa sebuah produk bisa meraih status legendaris melalui narasi yang kuat dan dukungan dari tokoh berpengaruh. Fenomena ini menggarisbawahi betapa kuatnya pengaruh budaya pop dalam membentuk tren konsumsi di era digital ini.