NawaBineka – Banjir rob yang melanda kawasan pesisir Jakarta, seperti Tanjung Priok pada 15 Desember 2024 memengaruhi operasional kereta rel listrik (KRL) secara signifikan.
Genangan air mengakibatkan 19 perjalanan KRL dibatalkan, baik untuk rute menuju Jakarta Kota maupun sebaliknya. Hal ini menjadi kendala bagi banyak penumpang yang bergantung pada layanan KRL, terutama di wilayah Jakarta Utara yang mengalami dampak paling parah.
Menyusul banjir yang merendam rel kereta di Jalur Pelintasan Langsung (JPL) No. 11C tepat di kilometer 5, perjalanan KRL terpaksa dihentikan yang berdampak pada jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan mulai dari pukul 07.31 WIB untuk menjaga keselamatan penumpang dan kelancaran operasional.
Kembali Beroperasinya Jalur KRL
Setelah kondisi banjir surut, PT KAI Commuter Line mengumumkan bahwa jalur KRL antara Stasiun Tanjung Priok dan Jakarta Kota sudah bisa dilintasi dengan kecepatan terbatas. Meskipun jalur kembali beroperasi, penting bagi penumpang untuk tetap waspada dan memeriksa informasi terkini terkait perjalanan mereka, demi menghindari ketidaknyamanan.
“Kami tetap mengedepankan keselamatan penumpang dan operasional kereta dengan melakukan penyesuaian di lapangan dan memberikan informasi yang jelas. Hal ini penting agar para penumpang dapat bepergian dengan aman saat jalur kembali beroperasi,” ungkap Manager Public Relations KAI Commuter, Leza Arlan.
Kondisi ini menunjukkan betapa banjir rob dapat mengganggu kegiatan transportasi publik dan menciptakan dampak berantai bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Dampak Lingkungan Banjir Rob
Banjir rob di Jakarta Utara tidak hanya berdampak pada jalur kereta, tetapi juga terhadap pemukiman warga. Genangan air di berbagai lokasi menyebabkan gangguan pada aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Hal ini menyoroti pentingnya infrastruktur yang mampu menghadapi kondisi cuaca ekstrem di daerah pesisir.
Secara hukum, banjir rob ini merupakan peringatan bagi masyarakat dan pemerintah untuk memikirkan kembali strategi mitigasi bencana yang ada, demi melindungi infrastruktur serta kehidupan masyarakat yang terpengaruh.
Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan dapat mengambil langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak banjir rob di masa depan. Ini termasuk perbaikan dan peningkatan sistem drainase, serta pemantauan cuaca secara lebih efektif untuk merespons dengan cepat saat terjadi kejadian serupa.
Kesadaran masyarakat mengenai bahaya banjir rob juga perlu ditingkatkan melalui edukasi dan informasi yang tepat, sehingga mereka dapat mengantisipasi dan siap menghadapi kemungkinan bencana serupa.