NawaBineka – John Barnett, mantan karyawan Boeing ditemukan tewas di Amerika Serikat (AS) secara tak wajar. Barnet tewas saat sedang berupaya membongkar cacat produksi Boeing.
Beberapa hari menjelang kematiannya, Barnett sempat memberikan sejumlah bukti dalam kasus gugatan terhadap Boeing tentang dugaan cacat produksi.
Barnet ditemukan meninggal dunia akibat “luka yang ditimbulkannya sendiri” pada 9 Maret lalu. Bagian koroner Charleston County pun mengonfirmasi kematian pria berusia 62 tahun itu diduga kuat akibat bunuh diri, pada Senin (11/3/2024) seperti dikutip BBC.
Baca Juga: Pesawat Lion Air JT-106 Berputar-putar di Langit Binjai, Ternyata Sri Lanka “Biang Keroknya”
Diketahui, Barnett sudah bekerja untuk Boeing selama 32 tahun hingga pensiun pada 2017, karena alasan kesehatan. Sejak 2010, Barnett bekerja sebagai manajer kualitas di pabrik Boeing di Charleston Utara.
Itu merupakan pabrik Boeing yang memproduksi pesawat Dreamliner 787, salah satu pesawat canggih untuk rute jarak jauh. Memasuki tahun 2019, Barnett mengatakan kepada BBC bahwa para pekerja yang bekerja di bawah tekanan sengaja memasang suku cadang di bawah standar pada pesawat.
Bahkan, Barnett menemukan masalah serius terkait sistem oksigen, yang berarti satu dari empat masker oksigen dalam pesawat Boeing 787 gagal berfungsi dalam kondisi darurat.
Sesaat setelah mulai bekerja di Carolina Selatan, Barnett mengungkapkan keprihatinannya karena tekanan membuat pesawat baru. Hal ini berarti proses perakitan diburu waktu dan keselamatan pun dikesampingkan.
Namun Boeing membantah hal ini. Barnett menyatakan, para pekerja telah gagal mengikuti prosedur untuk melacak komponen di pabrik, hingga menyebabkan komponen rusak, bahkan hilang.
Dalam beberapa kasus, Barnett menjelaskan, suku cadang di bawah standar dipungut lagi dari tempat sampah untuk dipasang pada pesawat yang sedang dirakit untuk mencegah penundaan produksi.
Boeing telah membantah klaim Barnett. Namun, tinjauan pada 2017 oleh regulator penerbangan AS, FAA, membenarkan beberapa kekhawatiran Barnett.
Baca Juga: Tampilan Status WhatsApp Bakal Mirip IG Stories
Setelah pensiun, Barnett memulai upaya hukum denga menuduh Boeing merendahkan karakternya dan menghambat karir, karena masalah yang dia kemukakan, meski dibantah Boeing.
Saat kematiannya, Barnett sedang berada di Charleston untuk wawancara hukum terkait kasus tersebut. Pekan lalu, dia ditanyai pengacara Boeing, sebelum diperiksa silang pengacaranya sendiri.
Barnett dijadwalkan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Ketika tidak muncul, penyelidikan dilakukan di hotelnya. Barnett ditemukan tewas di truknya di tempat parkir hotel secara tragis.
“Kami sedih atas meninggalnya Tuan Barnett, dan duka kami tertuju pada keluarga dan teman-temannya,” tulis pihak Boeing.
Kematian Barnett terjadi pada saat standar produksi di Boeing dan pemasok utamanya Spirit Aerosystems diawasi ketat. Hal ini, menyusul insiden pada awal Januari ketika pintu keluar darurat pesawat Boeing ada yang meledak di udara.
Laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS menunjukkan bahwa empat baut kunci, yang dirancang untuk menahan pintu dengan aman di tempatnya, tidak dipasang.
Pekan lalu, FAA menyatakan audit enam minggu terhadap Boeing dan telah menemukan beberapa contoh yang menunjukkan perusahaan tersebut diduga gagal mematuhi persyaratan kendali mutu manufaktur produksi pesawat.
Baca Juga: Viral Pilot Batik Air Tidur saat Penerbangan dari Kendari-Jakarta, Ini Kronologi Lengkapnya