NawaBineka – Dalam masyarakat Jawa, weton merupakan salah satu konsep mistis yang kerap digunakan untuk meramalkan nasib seseorang. Berdasarkan perhitungan kalender Jawa, weton didasarkan pada kombinasi hari kelahiran (hari pasaran) dan kalender Masehi. Bagi sebagian orang, weton tidak hanya sekadar tanda lahir, tetapi juga dianggap bisa memprediksi keberuntungan atau bahkan kesialan.
Meskipun setiap orang tentu berharap memiliki weton yang membawa keberuntungan, beberapa weton sering kali dianggap kurang beruntung atau ‘sering sial’ dalam tradisi ini. Namun, benarkah demikian? Atau, apakah itu hanya persepsi yang berkembang di masyarakat? Berikut ini adalah tiga weton yang dianggap sering sial, menurut kepercayaan tradisional.
Weton Senin Pon
Orang yang lahir dengan weton Senin Pon sering kali dianggap memiliki nasib yang berliku. Konon, mereka yang terlahir di weton ini kerap mengalami hambatan dalam menjalani hidup, terutama terkait keuangan dan hubungan sosial. Banyak orang Jawa percaya bahwa mereka sering menemui kesulitan dalam mencapai keberhasilan meskipun sudah bekerja keras.
Namun, pandangan ini bisa saja lebih merupakan takdir yang digantungkan pada usaha individu. Dalam beberapa kasus, orang dengan weton Senin Pon justru terbukti memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dan mampu mengubah nasibnya dengan tekad yang kuat. Apakah ini benar-benar sial atau hanya kebetulan?
Baca Juga: Misteri 3 Weton yang Rentan Kesurupan dan Hubungannya dengan Dunia Gaib
Selasa Kliwon
Selasa Kliwon sering disebut sebagai salah satu weton yang penuh tantangan. Orang yang lahir di weton ini dikatakan sering menghadapi rintangan yang tak terduga, terutama dalam hal kesehatan dan kebahagiaan keluarga. Mereka kerap merasa sulit untuk menjaga kestabilan hidup, baik dari segi emosional maupun finansial.
Meski demikian, ada anggapan bahwa orang dengan weton ini memiliki intuisi yang kuat. Kesulitan yang mereka hadapi dianggap sebagai ujian untuk mengasah kemampuan mereka dalam mengatasi tantangan hidup. Dengan demikian, Selasa Kliwon bisa menjadi dua sisi mata uang: meskipun penuh tantangan, mereka juga punya potensi besar untuk bangkit.
Jumat Wage
Bagi sebagian masyarakat Jawa, Jumat Wage sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang tidak menguntungkan. Orang dengan weton ini dipercaya sering terjebak dalam situasi sulit, mulai dari masalah pekerjaan hingga hubungan pribadi. Tantangan yang dihadapi sering datang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, membuat mereka sulit untuk bersiap diri.
Namun, di sisi lain, weton Jumat Wage dianggap memiliki kekuatan spiritual yang tinggi. Mereka yang memahami dan menyadari potensi ini dapat menggunakannya untuk melawan tantangan dan mengubah takdir. Bukankah setiap kesulitan bisa menjadi kesempatan untuk berkembang?
Takdir atau Persepsi?
Apakah benar ketiga weton ini selalu membawa kesialan? Bisa jadi, pandangan ini terbentuk karena pola pikir dan kepercayaan yang telah diwariskan turun-temurun. Mereka yang lahir dengan weton-weton tersebut mungkin merasa tertekan oleh stigma negatif yang melekat pada weton mereka, sehingga tanpa sadar menjadikan hal itu sebagai pembenaran atas setiap kegagalan yang mereka alami.
Namun, hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh tanggal lahir. Persepsi tentang “kesialan” mungkin lebih berasal dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Meskipun beberapa weton dianggap kurang beruntung, banyak contoh individu yang berhasil mengatasi segala rintangan dan mencapai kesuksesan.
Baca Juga: Menguak 5 Weton yang Dikenal Mudah Tergoda dalam Percintaan
Tidak Ada Takdir yang Tidak Bisa Diubah
Weton hanyalah salah satu dari banyak faktor yang dianggap berpengaruh dalam kehidupan seseorang, terutama di masyarakat Jawa. Meski beberapa weton seperti Senin Pon, Selasa Kliwon, dan Jumat Wage kerap dianggap membawa kesialan, sejatinya, nasib setiap orang tetap ada di tangan mereka sendiri. Keberuntungan atau kesialan bisa diubah melalui usaha, tekad, dan keyakinan pada diri sendiri.
Sebagai generasi modern, kita bisa memilih untuk tidak terjebak pada stereotip tradisional, dan sebaliknya fokus pada kemampuan untuk menciptakan nasib sendiri. Pada akhirnya, weton adalah bagian dari budaya yang perlu dihormati, tetapi bukan menjadi penentu mutlak kehidupan seseorang.