Nawabineka – Teori multiverse atau alam semesta majemuk adalah gagasan bahwa alam semesta kita hanyalah satu dari banyak alam semesta lain yang ada. Ide ini muncul dari berbagai teori fisika, termasuk mekanika kuantum, teori string, dan inflasi kosmik. Menurut konsep ini, ada kemungkinan bahwa terdapat alam semesta lain yang memiliki hukum fisika, konstanta alam, dan bahkan bentuk kehidupan yang berbeda dari yang kita kenal.
Salah satu versi teori multiverse berasal dari inflasi abadi, yang menyatakan bahwa Big Bang hanyalah satu dari banyak ledakan inflasi yang terjadi di berbagai tempat dan waktu di ruang yang lebih besar. Setiap ledakan ini menciptakan “gelembung” alam semesta sendiri, dengan sifat fisikanya masing-masing. Ini berarti ada kemungkinan tak terbatas dari alam semesta lain yang mungkin memiliki struktur dan kondisi yang sangat berbeda dari alam semesta kita.
Teori multiverse juga mendapat dukungan dari mekanika kuantum melalui interpretasi banyak dunia. Dalam interpretasi ini, setiap kali terjadi keputusan kuantum, alam semesta terpecah menjadi versi yang berbeda, masing-masing mewakili hasil yang berbeda. Misalnya, jika Anda melempar koin, ada alam semesta di mana koin itu jatuh dengan sisi kepala, dan ada alam semesta lain di mana koin itu jatuh dengan sisi ekor. Ini menciptakan jumlah alam semesta yang berkembang secara eksponensial dengan setiap keputusan kuantum.
Namun, salah satu tantangan terbesar teori multiverse adalah bukti empiris. Karena alam semesta lain berada di luar jangkauan pengamatan kita, tidak ada cara langsung untuk mendeteksinya atau berinteraksi dengan mereka. Ini membuat teori multiverse menjadi konsep yang sulit untuk diuji atau diverifikasi, meskipun secara matematis konsisten dengan beberapa model fisika yang ada. Para kritikus berargumen bahwa tanpa bukti langsung, multiverse lebih mirip spekulasi filosofis daripada teori ilmiah yang dapat diuji.
Baca Juga: Gelombang Gravitasi: Riak-Riak di Jaringan Alam Semesta
Multiverse juga memiliki implikasi mendalam bagi pemahaman kita tentang keberadaan. Jika ada tak terbatasnya alam semesta, maka keberadaan kita di alam semesta yang mendukung kehidupan mungkin tidak istimewa, tetapi hanyalah salah satu dari banyak kemungkinan. Ini juga menyiratkan bahwa ada versi lain dari diri kita yang hidup di alam semesta yang berbeda dengan pengalaman dan pilihan yang berbeda. Implikasi ini memaksa kita untuk mempertimbangkan kembali konsep realitas dan individualitas.
Penelitian tentang multiverse juga terkait dengan usaha untuk memahami sifat konstanta fisika alam semesta kita. Beberapa teori mengusulkan bahwa konstanta alam seperti kecepatan cahaya atau massa elektron bisa berbeda di alam semesta lain, dan hanya alam semesta dengan konstanta yang mendukung kehidupan yang memungkinkan adanya pengamat seperti kita. Ini dikenal sebagai prinsip antroposentris, yang menyatakan bahwa alam semesta kita tampak cocok untuk kehidupan karena jika tidak, kita tidak akan ada untuk mengamatinya.
Pada akhirnya, teori multiverse menantang kita untuk berpikir di luar batas-batas alam semesta yang terlihat. Meskipun saat ini masih dalam ranah teori, multiverse menawarkan kemungkinan yang luas dan mendalam tentang hakikat realitas. Dengan penelitian lebih lanjut dalam fisika teoretis dan kosmologi, mungkin suatu hari kita bisa menemukan cara untuk menguji dan memahami konsep yang luar biasa ini dengan lebih baik.