NawaBineka – Tawuran bukanlah hal baru di Indonesia, terutama di kalangan remaja. Namun, satu peristiwa tawuran di Pebayuran, Bekasi, pada tanggal 26 Januari 2025, mencuri perhatian banyak orang karena berujung pada kematian seorang remaja berinisial MA (17). Tawuran ini dipicu oleh tantangan yang beredar di media sosial dan melibatkan senjata tajam yang dikenal dengan nama ‘tongkat malaikat’.
Tawuran ini terjadi di pinggiran jalan pada jam yang sangat larut, sekitar pukul 03.10 WIB. Polisi melaporkan bahwa kejadian tersebut direkam oleh warga sekitar dan baru viral setelah itu. Penangkapan empat tersangka dilakukan setelah polisi menemukan barang bukti berupa senjata tajam dan pakaian korban.
Apa Itu ‘Tongkat Malaikat’?
‘Tongkat malaikat’ adalah senjata tajam yang digunakan oleh para pelaku tawuran. Meskipun namanya terdengar keren, senjata ini sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menyebabkan luka parah, bahkan kematian.
Kapolres Metro Bekasi, Kombes Mustofa, menjelaskan, tawuran dengan menggunakan senjata ini telah menyebabkan masalah yang serius di kalangan pemuda.
“Para pelaku melakukan tawuran dengan membawa senjata tajam untuk menyerang korban MA hingga mengalami luka di bagian pinggang yang mengakibatkan korban meninggal dunia,” jelas Mustofa dalam keterangannya, Kamis (30/1/2025).
Empat pelaku tawuran ditangkap polisi. Keempat pelaku itu adalah AR alias B (18), AJS alias A (18), BR alias P (22), dan MFH alias F (16).
“Mereka dijerat dengan Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP dan/atau Pasal 351 ayat (3) KUHP dan/atau Pasal 2 ayat (1) UU Darurat RI No.12 Tahun 1951,” imbuh Mustofa.
Dampak Media Sosial terhadap Perilaku Pemuda
Fenomena tawuran ini tidak lepas dari pengaruh media sosial yang begitu kuat, terutama di kalangan remaja. Berbagai tantangan dan konten viral bisa menjadi pemicu bagi mereka untuk beraksi, tanpa memikirkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, tawuran ‘tongkat malaikat’ adalah salah satu contoh nyata bagaimana medsos mengubah cara berpikir anak muda.
Kita harusnya bisa menggunakan media sosial untuk hal-hal yang lebih positif, seperti membagikan kreasi, keahlian, atau bahkan menyebarkan hal-hal yang inspiratif. Namun, kenyataannya bisa sangat berbeda, dan sering kali kita melihat aksi kekerasan di depan mata.
Setelah kejadian ini, banyak netizen yang menunjukkan keprihatinan mereka melalui media sosial. Berbagai komentar mengungkapkan rasa duka dan berharap kejadian semacam ini tidak terulang lagi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat, terutama anak muda, mulai sadar akan dampak negatif yang ditimbulkan dari tawuran.
“Kami berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi semua. Tawuran bukan solusi, dan seharusnya bisa diselesaikan dengan cara damai,” pungkas Mustofa.