Nawabineka – George Sugama Halim, sosok yang belakangan ini ramai diperbincangkan, adalah anak dari pemilik toko roti terkenal di Jakarta. Sayangnya, namanya kini lebih dikenal karena kasus penganiayaan yang melibatkan diri dan sikap temperamentalnya.
Pada 18 Oktober 2024, George terlibat dalam insiden yang cukup menghebohkan, di mana ia menganiaya seorang karyawati toko roti tempat keluarganya berbisnis. Tindakan yang dilakukannya tidak hanya membuat geger masyarakat, tetapi juga menimbulkan banyak pertanyaan tentang kejiwaan dan perilaku anak muda masa kini.
Dalam situasi ini, George sering menunjukkan reaksi ‘tantrum’ yang berulang, termasuk melempar barang-barang di sekitarnya.
Tindakan George dan Reaksi Sekitar
Dalam insiden yang viral di media sosial, terungkap bahwa George melempar loyang hingga kursi kepada karyawatinya, Dwi Ayu Dharmawati. Perbuatannya ini memperlihatkan betapa temperamentalnya ia. Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, menyatakan bahwa George sering kali emosional dan tidak bisa mengendalikan dirinya.
“Kalau dari hasil keterangan para saksi, seperti itu (temperamental),” ungkap Kombes Nicolas Ary Lilipaly saat menggelar konferensi pers.
Hal ini menunjukkan, bahwa tindakan penganiayaan bukanlah yang pertama kali baginya. Banyak saksi yang mengonfirmasi bahwa George sudah beberapa kali menampilkan perilaku serupa.
Apa Itu ‘Tantrum’ dan Kenapa Bisa Terjadi?
‘Tantrum’ adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan ledakan emosi, terutama pada anak-anak atau remaja. Ini bisa terjadi ketika seseorang merasa frustrasi, kecewa, atau tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Umumnya, tantrum lebih sering ditemukan pada anak-anak, tetapi bisa juga dialami remaja seperti George.
Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat mungkin menjadi faktor pendorong perilaku George. Pengelolaan emosi dan pengendalian diri adalah keterampilan penting yang kadang terabaikan oleh banyak anak muda. Menghadapi situasi sulit dengan kemarahan bukanlah solusi yang baik, tetapi seringkali tampak lebih seperti pelarian bagi mereka.
Dampak dari Perilaku George
Akibat dari tindakan George tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain di sekitarnya. Tentu saja, tindakan penganiayaan ini menimbulkan trauma psikologis bagi Dwi, yang menjadi korban. Kasus ini juga mengundang perhatian publik dan media, memicu banyak perdebatan tentang kesehatan mental di kalangan remaja.
Banyak orang tua dan pendidik kini tergerak untuk membicarakan lebih dalam tentang pentingnya mendidik anak-anak mereka dalam cara mengelola emosi, serta bagaimana mendorong mereka untuk mengekspresikan perasaan dengan sehat. Kejadian seperti yang dialami George menunjukkan bahwa kita perlu lebih peka terhadap perlunya memberi dukungan psikologis bagi generasi muda.