Monday, December 23, 2024
spot_img
HomeLifestyleHealthStudi Terbaru Ungkap Intermittent Fasting Tingkatkan Risiko Kematian Penderita Jantung

Studi Terbaru Ungkap Intermittent Fasting Tingkatkan Risiko Kematian Penderita Jantung

NawaBineka Penelitian terbaru yang diterbitkan oleh American Heart Association di Chicago, menyoroti intermittent fasting atau puasa intermiten meningkatkan risiko kematian pada penderita jantung.

Puasa intermiten yang melibatkan mengatur waktu makan dalam sehari, kembali mendapat perhatian setelah temuan mengejutkan bahwa metode ini dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita penyakit jantung.

Baca Juga: Cerita Will Smith Khatam Al Quran 30 Juz Saat Ramadan, Apakah Diam-Diam Masuk Islam?

Baca Juga: Heboh di Medsos Makanan Pedas Penyebab Kista hingga Picu Keguguran seperti Kiky Saputri, Ini Faktanya

Studi ini dirilis dalam pertemuan AHA’s Lifestyle Scientific Sessions di Chicago. Penelitian melibatkan lebih dari 20.000 orang dewasa di Amerika Serikat dari tahun 2003 hingga 2018.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti pola makan intermittent fasting, yang melibatkan makan hanya dalam jendela waktu delapan jam sehari, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 91 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang makan dalam jangka waktu 12 hingga 16 jam sehari.

Selain itu, risiko kesehatan ini juga ditemukan pada penderita penyakit kronis atau kanker yang mengikuti pola makan terbatas waktu. Orang dengan penyakit jantung memiliki risiko 66 persen lebih tinggi meninggal akibat mengikuti puasa intermiten.

Ilustrasi Sakit Jantung (Freepik)
Ilustrasi Sakit Jantung (Freepik)

Baca Juga: Selvi Ananda, Istri Gibran yang Jadi Perhatian Publik karena Prestasi dan Berpenampilan Sederhana

Sementara penderita kanker yang menerapkan pola intermittent fasting juga lebih mungkin meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Para ilmuwan menemukan, peningkatan risiko kematian bagi penganut intermittent fasting ini juga berlaku pada orang-orang yang sudah menderita penyakit kronis atau kanker.

Victor Wenze Zhong, penulis utama sekaligus Ketua Departemen Epidemiologi dan Biostatistik di Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong di China mengingatkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan puasa intermiten dalam jangka waktu lama, terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung atau kanker, harus sangat berhati-hati.

Berdasarkan bukti penelitian yang ada saat ini, diet dengan cara fokus pada apa nutrisi yang dimakan tampaknya lebih penting, daripada fokus pada waktu mereka untuk makan.

Zhong menjelaskan, dia bersama rekan-rekannya melakukan penelitian baru ini karena mereka ingin melihat bagaimana makan dalam porsi kecil, setiap hari akan berdampak pada “titik akhir yang sulit”, seperti penyakit jantung dan kematian.

Bahkan, Zhong mengaku, tim peneliti merasa terkejut dengan temuan mereka. Sebab semula mereka memperkirakan bahwa penerapan pola makan delapan jam dalam jangka panjang yang dikaitkan dengan risiko kematian penyakit jantung yang lebih rendah.

Baca Juga: Stres Ternyata Jadi Pemicu Diabetes, Tenang! Ahli Kesehatan Kasih Bocoran Cara Mengatasinya!

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments