Nawabineka – “Sympathy for the Devil” oleh The Rolling Stones adalah salah satu lagu yang paling sering dikaitkan dengan satanisme, meskipun konteks sebenarnya dari lagu ini lebih kompleks.
Dirilis pada tahun 1968, lagu ini menceritakan tentang setan yang berbicara dalam sudut pandang orang pertama, menggambarkan berbagai kekejaman manusia sepanjang sejarah. Dengan lirik yang provokatif, Mick Jagger mengadopsi persona setan sebagai cara untuk mengkritik sisi gelap manusia, bukan sebagai promosi satanisme.
Lagu ini menimbulkan kontroversi besar ketika pertama kali dirilis, dengan banyak yang menuduh The Rolling Stones memuja setan atau mempromosikan ajaran gelap. Namun, Mick Jagger dan Keith Richards selalu membantah tuduhan ini, menyatakan bahwa lagu tersebut adalah bentuk sindiran terhadap kekerasan dan korupsi yang terjadi dalam masyarakat, serta mengajak pendengar untuk introspeksi. Alih-alih merayakan kejahatan, lagu ini lebih banyak berfungsi sebagai kritik sosial.
Musiknya yang berirama samba dan liriknya yang bercerita tentang peristiwa sejarah seperti pembunuhan di St. Petersburg dan Perang Dunia II memberikan nuansa yang unik, yang pada saat itu sangat berbeda dari lagu-lagu pop biasa.
The Rolling Stones menggunakan karakter setan untuk menggarisbawahi betapa seringnya manusia menyalahkan entitas jahat atas tindakan buruk mereka sendiri, alih-alih menerima tanggung jawab. Pesan ini sangat jelas jika didengarkan dengan konteks yang tepat.
Meskipun begitu, banyak orang yang tidak memahami pesan ini dan lebih memilih untuk melihatnya sebagai bukti keterlibatan band dalam satanisme. Tuduhan ini diperkuat oleh citra The Rolling Stones yang memang sering menampilkan diri sebagai “bad boys” dalam dunia musik. Citra ini, meski menguntungkan dari sisi pemasaran, sering kali membuat mereka rentan terhadap kritik dan salah paham.
Bagi penggemar, “Sympathy for the Devil” adalah karya seni yang cerdas dan berani, menantang norma sosial dan mendorong pendengar untuk berpikir kritis tentang moralitas. Lagu ini telah menjadi salah satu anthem The Rolling Stones, bukan karena pesan sataniknya, tetapi karena keberanian mereka untuk mengeksplorasi tema yang tidak biasa dalam musik rock. Mereka menggunakan musik sebagai medium untuk menggambarkan kompleksitas manusia, baik dalam kebaikan maupun kejahatan.
Lagu ini terus menjadi salah satu karya The Rolling Stones yang paling dikenang, bukan hanya karena musiknya yang menawan tetapi juga karena pesan yang dalam dan kritis. Meskipun kontroversial, “Sympathy for the Devil” membuktikan bahwa musik dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan penting, bahkan ketika disampaikan melalui sudut pandang yang tidak konvensional.