Tuesday, April 1, 2025
spot_img
HomeLifestyleLifeRangkaian Tradisi Menyambut Hari Suci Nyepi, dari Melasti hingga Ngembak Geni

Rangkaian Tradisi Menyambut Hari Suci Nyepi, dari Melasti hingga Ngembak Geni

NawaBineka – Hari Raya Nyepi dikenal sebagai hari hening dan penuh ketenangan. Namun sebelum suasana sepi menyelimuti pulau Bali dan beberapa daerah lain di Indonesia, umat Hindu lebih dahulu menjalani serangkaian upacara yang penuh makna.

Tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan bentuk nyata dari proses penyucian diri dan lingkungan menjelang pergantian tahun baru Saka.

Baca Juga: Dampak Positif Nyepi bagi Lingkungan dan Bumi

Tahapan pertama dari rangkaian Nyepi adalah upacara Melasti. Dilaksanakan beberapa hari sebelum Hari Nyepi, Melasti biasanya dilakukan di laut, danau, atau sumber air suci lainnya.

Umat Hindu membawa pratima atau simbol-simbol suci dari pura ke tempat-tempat tersebut untuk disucikan. Air dipercaya memiliki kekuatan untuk membersihkan segala kekotoran lahir dan batin.

Tradisi Melasti tak hanya memperlihatkan kesakralan air dalam ajaran Hindu, tetapi juga menjadi simbol membersihkan diri dari segala pengaruh negatif yang menempel dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menyucikan simbol-simbol keagamaan, umat juga memohon pembersihan jiwa agar dapat memasuki tahun baru dengan hati yang tenang dan bersih.

Setelah Melasti, umat Hindu melaksanakan Tawur Kesanga, yang jatuh sehari sebelum Hari Nyepi. Dalam tradisi ini, umat mempersembahkan sesajen kepada Bhuta Kala, yaitu kekuatan alam yang dipercaya dapat membawa ketidakseimbangan jika tidak diredam. Upacara ini menjadi cara simbolis untuk menciptakan harmoni antara manusia dan alam.

Ciri khas Tawur Kesanga adalah pawai Ogoh-Ogoh, patung raksasa yang menggambarkan roh jahat atau nafsu buruk manusia. Ogoh-Ogoh akan diarak keliling desa diiringi gamelan, kemudian dibakar sebagai simbol pengusiran energi negatif. Tradisi ini telah menjadi daya tarik wisata, namun tetap dijalankan dengan nilai-nilai spiritual yang tinggi.

Puncak dari seluruh rangkaian adalah Hari Nyepi itu sendiri. Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Panyepian—empat pantangan yaitu tidak menyalakan api (amati geni), tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan). Tujuannya adalah mencapai refleksi dan kedamaian batin.

Uniknya, Hari Nyepi tak hanya dihormati oleh umat Hindu saja. Warga non-Hindu di Bali pun ikut menjaga keheningan. Aktivitas publik berhenti total, penerbangan dibatalkan, dan jalanan sepi tanpa kendaraan.

Momentum ini menjadi simbol kuat kerukunan antarumat beragama dan penghormatan terhadap kepercayaan satu sama lain.

Keesokan harinya, umat Hindu merayakan Ngembak Geni. Setelah sehari penuh menyepi, mereka saling bermaafan dan memulai tahun baru dengan hati yang bersih. Tradisi Dharma Santi, yaitu saling mengunjungi dan menjalin silaturahmi, menjadi bentuk nyata dari semangat kebersamaan pasca-Nyepi.

Dengan rangkaian upacara yang menyentuh baik secara spiritual maupun sosial, Hari Nyepi menjadi lebih dari sekadar hari libur nasional. Ia adalah perjalanan reflektif yang mendalam, ajakan untuk hidup selaras dengan diri sendiri, sesama, dan alam semesta.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments