Monday, December 23, 2024
spot_img
HomeNewsPakar Geologi UGM: Selat Muria Tidak Akan Muncul Lagi

Pakar Geologi UGM: Selat Muria Tidak Akan Muncul Lagi

NawaBineka – Kemunculan Selat Muria ramai diperbincangkan di media sosial pasca banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, akhir-akhir ini. Lalu bagaimana penjelasan pakar geologi mengenai isu tersebut.

Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Salahuddin Husein menyatakan, masyarakat tak perlu khawatir dengan isu kemuculan Selat Muria. Dia memastikan, Selat Muria tidak akan muncul lagi.

Baca Juga: Asal Usul Jembatan Francis Scott Key di Baltimore yang Runtuh Ditabrak Kapal Kargo

Baca Juga: Kronologi Ambruknya Jembatan Francis Scott Key Usai Ditabrak Kapal Kargo Berbendera Singapura

“Secara geologis tidak usah khawatir Demak dan sekitarnya akan jadi laut lagi karena banjir yang berulang ini membawa sedimen yang membentuk dataran rendah,” ungkap Salahuddin, Selasa (26/3/2024).

Salahuddin menyatakan, wilayah Demak, Juwana, dan Pati sebelumnya merupakan area Selat Muria. Kemudian, pada abad ke-10 hingga ke-15, selat tersebut berubah menjadi dataran rendah.

Ilustrasi Selat Muria. (Dok NoOnline)
Ilustrasi Selat Muria. (Dok NoOnline)

Dia menambahkan, dari aspek geologi wilayah Demak, Juwana, dan Pati awalnya merupakan Selat Muria. Wilayah tersebut berubah menjadi dataran rendah di sekitar abad ke-10 hingga ke-15.

Menurut Salahuddin, wilayah Demak, Pati, dan Juwana merupakan dataran rendah hasil dari sedimentasi banjir yang berulang dari Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana. Inilah penyebab, Selat Muria menghilang.

“Terbentuknya daerah tersebut karena adanya sedimen yang terbawa saat banjir yang berulang,” bebernya.

Baca Juga: Kolaborasi Brand Lokal Diana Restu dengan Influencer Mega Iskanti Ciptakan Celana Jeans Auto Slim

Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM ini menjelaskan, proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung saat banjir. Hal ini mengakibatkan endapan sedimen mengumpul sebagai dataran limpasan banjir.

Selat Muria, kata dia, tidak akan muncul lagi karena proses geologi berupa erosi lajur perbukitan Kendeng dan lajur perbukitan Rembang yang melewati jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga kini.

Bahkan, sedimen yang dibawa juga cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan pendangkalan di Selat Muria.

Sedengakan terkait banjir di kawasan Demak, dia menyebut hal tersebut lumrah. Sebab, dataran rendah itu terbentuk karena luapan banjir.

“Wajar kalau banjir terjadi berulang. Ini bukan hal aneh karena dataran rendah tersebut terbentuk karena luapan banjir,” tegasnya.

Kemudian adanya pemadatan lahan untuk pendirian bangunan maupun penggunaan air tanah, membuat tanah menjadi kompak, padat, dan agak turun. Kondisi tersebut menyebabkan daerah Demak, Pati, dan Juwana rentan banjir.

Dia melanjutkan, hujan dengan intensitas tinggi dan terus-menerus berpotensi meningkatkan debit air di wilayah hulu sungai. Dampaknya terjadi banjir ekstrem dan baru akan surut selama berhari-hari.

Salahuddin menyarankan, pemerintah perlu mengkaji ulang kapasitas tanggul untuk mengatasi banjir. Terutama disesuaikan dengan ketika terjadi potensi banjir ekstrem.

Sehingga, sungai-sungai diharapkan mampu membawa lebih banyak lagi debit air hujan tanpa harus menyebabkan banjir. Selain itu, perlu adanya pengawasan dan perawatan tanggul secara berkala untuk mencegah tanggul jebol.

“Upaya normalisasi sungai memang sudah dilakukan, tetapi ke depan perlu dilakukan redesain dengan menyesuaikan kondisi saat ini,” tutupnya.

Baca Juga: Google Rombak Chrome: Cookies Bakal Dihapus, Pengiklan Pusing!

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments