Tuesday, April 1, 2025
spot_img
HomeLifestyleLifeMenelusuri Sejarah Hari Nyepi dan Asal Usul Tahun Baru Saka

Menelusuri Sejarah Hari Nyepi dan Asal Usul Tahun Baru Saka

NawaBineka – Hari Raya Nyepi, yang jatuh setiap Tahun Baru Saka, bukan hanya menjadi momen spiritual bagi umat Hindu, tetapi juga bagian penting dari sejarah panjang budaya Asia.

Perayaan ini memiliki akar sejarah yang mendalam, bermula dari peradaban India dan menyebar ke Nusantara seiring dengan masuknya agama Hindu berabad-abad silam.

Baca Juga: Dampak Positif Nyepi bagi Lingkungan dan Bumi

Tahun Baru Saka pertama kali ditetapkan pada tahun 79 Masehi oleh Raja Kaniska I dari Dinasti Kushana di India. Kalender ini menjadi simbol perdamaian setelah masa konflik antar suku seperti Saka, Yuehchi, Pahlawa, dan lainnya.

Dinasti Kushana mengganti pendekatan kekuasaan militer dengan jalan budaya dan toleransi, menjadikan sistem kalender Saka sebagai alat pemersatu.

Seiring perkembangan agama Hindu di Asia Tenggara, sistem perhitungan Tahun Saka pun menyebar ke wilayah Nusantara. Penggunaan kalender Saka dapat ditemukan dalam berbagai prasasti kuno di Indonesia, seperti Prasasti Canggal di Jawa Tengah dan Prasasti Talang Tuo dari Sriwijaya.

Perhitungan waktu ini menjadi bagian penting dari sistem keagamaan dan pemerintahan kala itu. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, Tahun Saka dirayakan sebagai perayaan besar kerajaan.

Berdasarkan catatan dalam Kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, perayaan Tahun Saka dijadikan ajang spiritual sekaligus sosial budaya. Raja Hayam Wuruk bahkan mengundang raja-raja dari seluruh penjuru Nusantara untuk merayakannya secara bersama.

Seiring waktu, perayaan Tahun Baru Saka berevolusi menjadi Hari Nyepi seperti yang kita kenal hari ini. Nilai-nilai spiritual yang dahulu ditanamkan tetap dijaga, tetapi dirangkai dalam konteks refleksi pribadi melalui keheningan.

Hari Nyepi menjadi perwujudan peradaban yang tak hanya menghormati waktu, tapi juga keharmonisan batin.

Sejarah ini menunjukkan bahwa Hari Nyepi bukan sekadar tradisi keagamaan, tapi juga hasil perjalanan peradaban. Nilai-nilai yang dibawa sejak ribuan tahun lalu masih relevan hingga kini—mengajak manusia untuk tidak hanya memaknai waktu secara kuantitatif, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menyucikan diri.

Nyepi adalah bukti bahwa perayaan masa lalu bisa bertransformasi menjadi praktik spiritual yang mendalam di masa kini. Dengan mengenal sejarahnya, masyarakat Indonesia tak hanya bisa menghormati Hari Nyepi sebagai hari libur nasional, tetapi juga memahami esensi dan warisan budaya yang menyertainya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments