Friday, November 15, 2024
spot_img
HomeNewsMenakar Keberpihakan Negara terhadap Politeknik Swasta

Menakar Keberpihakan Negara terhadap Politeknik Swasta

NawaBineka – Politeknik memainkan peran vital dalam dunia pendidikan vokasi di Indonesia, khususnya dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Politeknik Swasta (Pelita) Indonesia / Wakil Direktur IV – Politeknik Harapan Bersama Ginanjar Wiro Sasmito menjelaskan, seiring dengan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memanfaatkan bonus demografi, politeknik, baik negeri maupun swasta, diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten.

Baca Juga: Daftar Lengkap Pimpinan 13 Komisi di DPR RI Periode 2024-2029

Namun, kata dia, di balik potensi besar tersebut, politeknik swasta seringkali menghadapi tantangan yang tidak sedikit dalam menjalankan misinya.

Potensi Politeknik Swasta dalam Pendidikan Vokasi

Ginanjar menerangkan, saat ini terdapat 223 politeknik swasta di Indonesia (berdasarkan data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi per Oktober 2024). Jumlah ini menunjukkan potensi besar politeknik swasta untuk berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai masalah ketenagakerjaan, seperti pengentasan pengangguran dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.

Mengingat puncak bonus demografi Indonesia yang diproyeksikan terjadi pada periode 2020-2035, politeknik swasta menjadi kunci penting dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan.

Tantangan yang Dihadapi Politeknik Swasta

Meskipun memiliki peran strategis, Ginanjar memaparkan, politeknik swasta di Indonesia seringkali harus berjuang lebih keras dibandingkan politeknik negeri. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh politeknik swasta antara lain:

  1. Keterbatasan Pendanaan
    Berbeda dengan politeknik negeri yang mendapatkan dana dari pemerintah, politeknik swasta bergantung pada biaya operasional dari mahasiswa dan dukungan industri yang sering kali tidak mencukupi. Pendidikan vokasi memerlukan investasi besar untuk fasilitas, infrastruktur, dan teknologi mutakhir, yang menjadi beban berat bagi politeknik swasta.
  2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
    Dosen di politeknik swasta kerap kali menghadapi kesulitan dalam meningkatkan kompetensinya, baik dari segi kualifikasi akademik maupun pengalaman praktis. Program peningkatan kapasitas yang disediakan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi belum sepenuhnya menyasar politeknik swasta, terutama yang berada di daerah terpencil.
  3. Akses Kerja Sama dengan Industri
    Hubungan kerja sama antara politeknik swasta dengan dunia industri masih relatif lemah. Politeknik swasta sering kali kesulitan mendapatkan dukungan CSR, program beasiswa, atau akses penempatan kerja bagi lulusannya.
  4. Stigma terhadap Politeknik Swasta
    Politeknik swasta masih dianggap sebagai pilihan terakhir oleh banyak calon mahasiswa dan orang tua. Anggapan bahwa politeknik swasta kurang prestisius dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri masih kental di masyarakat, yang menyebabkan rendahnya minat terhadap politeknik swasta.

Perlunya Keberpihakan Negara

Wakil Direktur IV – Politeknik Harapan Bersama itu menegaskan, untuk mendukung peran strategis politeknik swasta, keberpihakan negara menjadi krusial. Beberapa langkah konkret yang dapat diambil antara lain:

  1. Subsidi dan Insentif Khusus
    Pemerintah perlu memberikan subsidi atau insentif khusus kepada politeknik swasta, terutama untuk peningkatan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung proses pendidikan vokasi.
  2. Kerja Sama Strategis dengan Industri
    Politeknik swasta membutuhkan dukungan lebih besar dalam menjalin kerja sama dengan sektor industri, baik dalam hal pendanaan, beasiswa, maupun penempatan kerja.
  3. Perluasan Akses terhadap Program Pemerintah
    Politeknik swasta juga harus diberi akses yang lebih besar terhadap program-program pendanaan nasional, seperti BOPTN dan hibah riset terapan, agar dapat bersaing dengan perguruan tinggi negeri.
  4. Kampanye Positif untuk Politeknik
    Pemerintah perlu melakukan kampanye khusus untuk mengubah citra politeknik swasta di mata masyarakat, mirip dengan kampanye “SMK Bisa” yang berhasil meningkatkan minat terhadap sekolah kejuruan.

Harapan untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Di bawah pemerintahan baru, Ginanjar memiliki harapan besar kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan vokasi, khususnya politeknik swasta.

Baca Juga: Tim Cook: Apple Fokus Sempurnakan AI, Bukan Ingin Jadi yang Pertama

Dengan kebijakan yang inklusif dan keberpihakan yang jelas, politeknik swasta dapat berkembang lebih optimal dan berkontribusi dalam mencetak tenaga kerja kompeten, yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Menurut Ginanjar, keberlangsungan politeknik swasta sebagai penyelenggara pendidikan vokasi membutuhkan dukungan negara yang lebih konkret. Jika perhatian yang dibutuhkan dapat diwujudkan, politeknik swasta dapat menjadi salah satu pilar utama dalam memajukan pendidikan vokasi di Indonesia.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments