NawaBineka – Pertandingan babak 8 besar sepak bola PON XXI 2024 antara Aceh dan Sulawesi Tengah berubah dari laga penuh harapan menjadi insiden yang mencoreng sportifitas. Laga yang seharusnya berlangsung ketat ini berujung pada pemukulan wasit oleh pemain Sulawesi Tengah setelah keputusan kontroversial di masa injury time.
Pertandingan berlangsung dengan tensi tinggi sejak awal. Kedua tim berjuang keras demi tiket ke semifinal, namun atmosfer lapangan semakin memanas. Puncaknya terjadi di menit ke-75 ketika seorang pemain Sulawesi Tengah diusir wasit setelah menerima kartu merah karena pelanggaran keras.
Baca Juga: Seberapa Besar Efek Polusi terhadap Penuaan Kulit?
Keputusan ini membuat Sulawesi Tengah bermain dengan sepuluh pemain, dan suasana semakin tegang. Insiden kembali terjadi di menit ke-84 ketika wasit mengeluarkan kartu merah kedua untuk Sulawesi Tengah, menyisakan hanya sembilan pemain di lapangan.
Kondisi mental dan fisik pemain semakin tertekan, namun pertandingan tetap dilanjutkan hingga menit-menit akhir. Pada menit ke-90+6, ketegangan memuncak setelah wasit memberikan penalti kepada Aceh setelah seorang pemain mereka terjatuh di dalam kotak penalti Sulawesi Tengah.
Keputusan ini memicu kemarahan pemain Sulawesi Tengah yang merasa dirugikan. Dalam situasi yang panas, seorang pemain Sulawesi Tengah melampaui batas dengan memukul wasit hingga terjatuh dan pingsan, memaksa pertandingan dihentikan.
Wasit yang menjadi korban pemukulan segera mendapatkan perawatan medis di tepi lapangan dan tidak dapat melanjutkan tugasnya. Pertandingan sempat tertunda cukup lama hingga akhirnya seorang wasit pengganti dipanggil untuk melanjutkan pertandingan.
Pemain Sulawesi Tengah yang melakukan tindakan kekerasan diusir dari lapangan, membuat tim mereka hanya bermain dengan delapan pemain. Setelah pertandingan dilanjutkan, Aceh mendapatkan kesempatan penalti yang telah diberikan sebelumnya.
Namun, eksekusi penalti pertama gagal setelah kiper Sulawesi Tengah berhasil menepis bola, memberikan sedikit harapan bagi tim yang tersisa. Sayangnya, nasib buruk kembali menghampiri Sulawesi Tengah ketika sebuah handball di dalam kotak penalti kembali memaksa wasit menunjuk titik putih untuk kedua kalinya.
Kali ini, pemain Aceh berhasil mencetak gol, mengubah kedudukan menjadi imbang 1-1. Meski skor imbang, suasana pertandingan sudah tidak kondusif. Tim Sulawesi Tengah akhirnya memutuskan untuk mundur dari laga, meski belum ada keputusan resmi mengenai pengunduran diri tersebut.
Keputusan mundur ini menimbulkan reaksi beragam dari publik, dengan sebagian pihak memaklumi kondisi sulit yang dialami Sulawesi Tengah, sementara yang lain menilai tindakan tersebut tidak sesuai dengan semangat sportifitas.
Insiden pemukulan wasit dan pengunduran diri Sulawesi Tengah tidak hanya mencoreng pertandingan tetapi juga mencoreng citra olahraga di ajang besar seperti PON XXI 2024. Kekerasan terhadap wasit merupakan pelanggaran serius terhadap etika olahraga dan prinsip fair play.
Baca Juga: Makna dan Hikmah Maulid Nabi: Menggali Nilai-Nilai Kehidupan Nabi Muhammad SAW
Penyelenggara PON, komite pertandingan, dan pihak terkait dipastikan akan melakukan investigasi mendalam untuk menentukan sanksi yang tepat bagi pelaku dan tim. Kekerasan terhadap wasit bukan hanya tindakan yang mencoreng citra sepak bola, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan individu yang bertugas menjaga keadilan di lapangan.
Insiden ini seharusnya menjadi peringatan bagi semua pihak untuk menjunjung tinggi nilai sportifitas, etika, dan keamanan dalam setiap pertandingan. Publik kini menanti langkah tegas dari penyelenggara untuk memberikan sanksi yang adil dan setimpal kepada pelaku, serta memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang.
Olahraga seharusnya menjadi ajang persaingan sehat dan penuh semangat positif, bukan tempat untuk tindakan kekerasan yang merusak.