NawaBineka – Sebuah unggahan viral di Facebook mengklaim bahwa fenomena bulan darah (blood moon) yang akan terjadi pada Juli 2025 merupakan pertanda bencana besar berupa gempa bumi dan tsunami.
Akun bernama “Puji Tuhan” menyebarkan narasi tersebut dan mendapat ribuan interaksi hingga Selasa (25/3/2025). Namun, klaim tersebut dipastikan tidak benar dan menyesatkan.
Tim Pemeriksa Fakta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyatakan bahwa narasi yang mengaitkan blood moon dengan bencana alam termasuk dalam kategori misleading content atau konten menyesatkan. Hal ini dipublikasikan melalui platform cek fakta turnbackhoax.id.
Menurut penelusuran Mafindo, fenomena blood moon adalah peristiwa astronomi normal yang terjadi saat gerhana bulan total. Warna merah pada bulan terbentuk karena cahaya matahari dibelokkan oleh atmosfer Bumi dan mengenai permukaan bulan, memberikan efek visual seperti merah darah.
“Tidak ada hubungan ilmiah antara blood moon dengan gempa bumi atau tsunami,” tulis Mafindo dalam klarifikasinya.
Mitos yang menghubungkan bulan darah dengan bencana besar memang telah lama hidup di tengah masyarakat. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, anggapan tersebut telah terbantahkan. Para ilmuwan menegaskan bahwa tidak ada korelasi antara kejadian astronomi dan gejala seismik bumi seperti gempa atau tsunami.
Ahli astronomi juga menegaskan bahwa blood moon adalah fenomena yang bisa diprediksi dan terjadi secara berkala tanpa dampak geofisika. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena ini kerap disalahartikan oleh sejumlah kelompok yang mencampuradukkan sains dengan mitos.
Masyarakat diimbau untuk lebih kritis dan bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, khususnya di media sosial. Menyebarkan berita palsu atau hoaks tidak hanya menyesatkan, tetapi juga bisa menimbulkan keresahan dan kepanikan yang tidak perlu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) maupun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (BRIN) hingga kini belum mengeluarkan peringatan akan terjadinya gempa bumi besar ataupun tsunami yang dikaitkan dengan fenomena blood moon.
Untuk itu, masyarakat disarankan untuk mengacu pada sumber-sumber terpercaya dan tidak mudah terprovokasi oleh unggahan yang tidak didasari bukti ilmiah. Di era digital saat ini, melawan hoaks adalah tanggung jawab bersama.