NawaBineka – Dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental di kalangan anak muda semakin menjadi perhatian. Ghosting, overthinking, dan burnout adalah tiga problematika yang sering kali mengintai anak muda, terutama di era digital yang serba cepat ini.
Istilah-istilah tersebut bukan hanya tren semata, melainkan cerminan dari tantangan yang dihadapi banyak individu saat ini.
Ghosting, yang berarti tiba-tiba menghilang dari kehidupan orang lain tanpa penjelasan, telah menjadi praktik umum di dunia kencan dan pertemanan. Hal ini dapat menyebabkan dampak emosional yang signifikan, seperti rasa ditolak dan kebingungan.
Sedangkan overthinking sering kali menjadi musuh terbesar anak muda. Situasi ini membuat individu terus memikirkan hal yang sama, yang dapat mengganggu kualitas tidur dan kebahagiaan secara keseluruhan.
Burnout atau kelelahan mental, yang biasanya disebabkan oleh tekanan berkepanjangan, menjadi semakin umum di kalangan pelajar dan pekerja muda.
Sabine Andresen, Ketua Asosiasi Perlindungan Anak di Jerman, menjelaskan, “Banyak anak muda merasa kesepian dan tak berdaya, terutama selama masa pandemi. Mereka sering mengeluh bahwa kekhawatiran mereka diabaikan, dan hal ini memperparah keadaan mental mereka.”
Dampak Budaya Digital
Di era digital, kita terhubung lebih dari sebelumnya. Namun, dampak negatif dari konektivitas ini juga tidak dapat diabaikan. Kehidupan online sering kali membawa norma-norma baru yang memengaruhi cara kita berinteraksi dan merasakan.
Ghosting, misalnya, bukan hanya mencerminkan kurangnya komunikasi; ia juga menciptakan budaya yang menghargai kecepatan lebih dari kedalaman dalam hubungan.
Kenyataan bahwa banyak anak muda merasa semakin sepi meski dikelilingi oleh berbagai platform sosial media menunjukkan adanya kesenjangan dalam hubungan manusia. Ketidakpastian dalam berkomunikasi dan kekhawatiran akan bagaimana orang lain memandang kita dapat memicu overthinking.
Dampak dari loneliness ini sering kali berujung pada burnout, terutama ketika harapan yang tinggi bertemu dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Dengan demikian, penting bagi kita untuk memahami efek dari lingkungan digital kita.
Menghadapi Ghosting dan Overthinking
Mengatasi ghosting dan overthinking memerlukan langkah yang proaktif. Salah satu metode terbaik adalah mencari dukungan dari teman ataupun profesional kesehatan mental. Mendiskusikan perasaan dan pengalaman dapat membantu meringankan beban emosional dan mengurangi perasaan kesepian.
Di samping itu, praktik mindfulness dan teknik relaksasi dapat menjadi alat yang efektif untuk mengurangi intensitas overthinking. Melalui olahraga atau hobi yang disukai, anak muda dapat menemukan cara untuk mengalihkan perhatian dari pikiran mengganggu yang cenderung terus muncul.
Hal ini memungkinkan individu untuk menjernihkan pikiran dan menciptakan ruang untuk lebih merasakan kenyataan saat ini.
Mendorong Kesehatan Mental Positif
Sebagai langkah awal untuk mendorong kesehatan mental yang lebih baik, komunikasi terbuka dengan teman dan keluarga sangatlah penting. Membicarakan pengalaman pribadi dengan ghosting, overthinking, atau burnout bisa memupuk empati dan dukungan.
Platform sosial media juga bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan kesadaran mengenai kesehatan mental, seperti yang dilakukan oleh remaja di Surabaya dengan meluncurkan platform Heroremaja.
Dengan adanya wadah untuk berbagi pengalaman positif dan tips kesehatan mental, anak muda dapat lebih terhubung dan mengurangi peluang munculnya perasaan kesepian dan kecemasan.
Masalah mental seperti ghosting, overthinking, dan burnout tidak lagi bisa diabaikan. Masyarakat harus mulai berpikir dan bertindak untuk mengurangi stigma yang menyertai isu-isu ini.
Menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan ini adalah langkah awal yang penting. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan terbuka untuk berdiskusi.
Ketika kita mulai berbicara dan mendengarkan, kita bisa memberikan sinyal bahwa kesehatan mental adalah prioritas, bukan hal yang tabu. Kini saatnya untuk berani mengubah cara pandang kita terhadap kesehatan mental dan merangkul satu sama lain.