NawaBineka – Christopher Farrel Millenio Kusuma, CEO startup kompresi data Kecilin, dikabarkan hilang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabar ini mencuat setelah sejumlah barang miliknya ditemukan di kawasan Pandan Payung, Kretek, Bantul.
Barang-barang yang ditemukan terdiri dari telepon seluler, dompet, pakaian berwarna hitam, serta delapan lembar surat yang diduga berisi pesan kepada anggota keluarganya. Semua barang tersebut dibungkus dalam kantong plastik putih.
Aparat Polsek Kretek menerima barang-barang tersebut pada Minggu (9/2/2025) setelah dilaporkan oleh Yasminah (56), seorang warga Temanggung, Jawa Tengah, yang menemukannya sekitar pukul 17.30 WIB.
Penyelidikan dan Pencarian oleh Aparat Kepolisian
Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana, mengonfirmasi temuan tersebut dan menyatakan bahwa kepolisian telah memulai penyelidikan lebih lanjut. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap barang bukti, ditemukan kartu identitas (KTP) atas nama Christopher Farrel Millenio Kusuma.
Selain itu, delapan surat yang ditemukan di lokasi ditujukan kepada keluarganya dan berisi pesan permintaan maaf. Polisi segera mengonfirmasi informasi ini kepada pihak keluarga Farrel.
“Hasil klarifikasi dengan pihak keluarga menyatakan bahwa yang bersangkutan telah pergi dan lost contact dengan keluarga sejak empat hari yang lalu,” ujar AKP I Nengah Jeffry.
Saat ini, aparat kepolisian bersama Tim SAR dan Babinsa masih melakukan pencarian di sekitar lokasi penemuan barang-barang tersebut. “Proses penyisiran masih terus dilakukan,” tambahnya.
Profil Christopher Farrel Millenio Kusuma
Christopher Farrel Millenio Kusuma lahir pada 1 Januari 2000 dan dikenal sebagai salah satu CEO termuda di Indonesia. Ia mendirikan startup kompresi data Kecilin setelah sempat bekerja di markas Google di California, Amerika Serikat.
Farrel pertama kali dikenal publik saat temuannya mengenai algoritma kompresi game menarik perhatian Google. Ia kemudian melakukan riset lebih lanjut mengenai implementasi machine learning dan kecerdasan buatan (AI) dalam teknologi kompresi data. Setelah karyanya diunggah ke GitHub, ia dipanggil oleh Google dan bergabung dengan tim mereka selama tujuh bulan.
Pada Februari 2017, dalam usia 17 tahun, Farrel berangkat ke markas Google di California sebagai pelajar. Selama masa tugasnya, ia terlibat dalam pengembangan algoritma khusus untuk kompresi Google Photos. Berbekal pengalaman tersebut, ia kemudian mendirikan Kecilin pada usia 18 tahun.
Startup Kecilin fokus pada solusi kompresi data untuk mengurangi penggunaan penyimpanan digital dan biaya transfer data. Teknologi ini sebelumnya telah digunakan dalam produk berbasis B2B melalui Application Programming Interface (API) untuk perusahaan yang menghadapi tantangan dalam efisiensi data.
Kecilin kemudian berkembang ke sektor B2C dengan menghadirkan aplikasi khusus bagi pengguna individu. Setiap harinya, Kecilin dilaporkan mampu mengompresi sekitar 115TB data, yang menurut Farrel, bisa menghemat hingga Rp 500 juta per bulan untuk akses internet masyarakat.
Hingga saat ini, pencarian Farrel masih terus dilakukan. Aparat kepolisian mengimbau masyarakat yang memiliki informasi terkait keberadaannya untuk segera melapor ke pihak berwenang.