Nawabineka – Skena punk muncul pada pertengahan tahun 70-an sebagai reaksi terhadap kemapanan dan konformitas dalam musik rock saat itu. Dipelopori oleh band-band seperti The Ramones, Sex Pistols, dan The Clash, punk menjadi lebih dari sekadar genre musik—ia adalah pergerakan sosial yang menekankan pada pemberontakan, kebebasan berekspresi, dan sikap anti-otoritas. Musik punk ditandai oleh lirik yang lugas, tempo cepat, dan gaya bermain yang mentah dan agresif.
Menurut berbagai sumber yang dihimpun, Punk juga membawa filosofi DIY (Do It Yourself) ke permukaan, di mana para musisi dan penggemar terlibat langsung dalam produksi musik, distribusi zine, hingga penyelenggaraan konser. Budaya DIY ini memberikan kebebasan penuh bagi siapa saja untuk terlibat dalam skena tanpa perlu modal besar atau dukungan label rekaman besar. Ini menciptakan komunitas yang erat dan saling mendukung, di mana setiap individu dihargai perannya.
Identitas punk tidak hanya terlihat dari musiknya, tetapi juga dari gaya berpakaian yang mencolok dan penuh pernyataan. Rambut mohawk, jaket kulit, dan pakaian robek menjadi simbol pemberontakan terhadap norma sosial. Fashion punk mencerminkan sikap menolak kemapanan dan kebebasan berekspresi yang tak terbatas, sekaligus menjadi bentuk kritik terhadap industri fashion yang komersial.
Skena punk juga dikenal dengan lirik-liriknya yang politis dan provokatif, sering kali mengangkat isu-isu seperti ketidakadilan, perang, dan korupsi. Lagu-lagu punk menjadi suara bagi mereka yang merasa terpinggirkan atau tidak didengar oleh sistem. Band-band punk terus menyuarakan perlawanan mereka terhadap segala bentuk penindasan, menjadikan musik mereka sebagai alat perlawanan dan pemberdayaan.
Meski skena punk sering dianggap sebagai pergerakan marjinal, pengaruhnya sangat besar dalam membentuk subkultur lain dan bahkan arus utama. Banyak band punk yang kemudian mempengaruhi genre lain seperti grunge, ska-punk, dan bahkan pop punk yang lebih ramah di telinga pendengar. Punk menunjukkan bahwa musik bisa menjadi lebih dari sekadar hiburan; ia adalah alat untuk perubahan sosial dan identitas budaya.
Skena punk terus hidup dan berkembang hingga hari ini, dengan banyak band baru yang meneruskan semangat DIY dan perlawanan yang menjadi inti dari skena ini. Meski dunia terus berubah, punk tetap menjadi simbol perlawanan dan kebebasan, mengingatkan kita bahwa musik bisa menjadi alat yang kuat untuk menyuarakan apa yang salah dan merayakan apa yang benar.