NawaBineka – PT Bio Farma (Persero) terus mensosialisasi vaksin DBD (demam berdarah dengue) yang diberi nama Qdenga. Vice Presiden Komersial Nasional Bio Farma, Fitri Puspadewi, mengatakan, vaksin Qdenga diluncurkan untuk mencegah kasus DBD di Indonesia.
Fitri menjelaskan, Bio Farma bekerja sama dengan PT Takeda Indonesia untuk mengembangkan vaksin Qdenga. Dia menerangkan, saat ini terdapat peningkatan kasus demam berdarah dengue yang sangat signifikan di Indonesia.
Baca Juga: Samsung Rilis Galaxy Ring Seharga Rp5 Jutaan, Ini Fungsi dan Manfaatnya
Menujuk data Kementerian Kesehatan, kata dia, jumlah kasus DBD meningkat dari 73.518 kasus pada 2021 menjadi 131.265 kasus pada 2022. Angka kematian akibat DBD juga meningkat pada periode yang sama, dari 705 orang menjadi 1.183.
Sementara hingga April 2024, jumlah kasus DBD telah mencapai 91.269 kasus. Tercatat ada 641 pasien meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah.
Bio Farma menyebut, vaksin Qdenga merupakan vaksin untuk mencegah penyakit dengue yang disebabkan oleh semua serotipe virus dengue yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Vaksin itu diklaim aman dipergunakan oleh individu berusia 6-46 tahun.
Selain itu, Bio Farma juga mengklaim penggunaan vaksin Qdenga tidak memerlukan skrining serostatus sebelum pemberian vaksin. Dengan begitu, vaksin Qdenga dapat dipergunakan pada individu yang belum dan sudah pernah terinfeksi virus dengue atau DBD.
Pemberian vaksin Qdenga juga cukup dengan 2 dosis dalam 3 bulan untuk mendapatkan perlindungan jangka panjang pada penyakit dengeu. Sebelumnya, Bio Farma menggelar focus group discussion (FGD) untuk menyosialisasikan produk vaksin Qdenga, pada Jumat 17 Mei 2024.
Baca Juga: Selamat! Syahrini Hamil Anak Pertama di Usia 43 Tahun, Begini Cerita Perjuangan Istri Reino Barack
FGD digelar dengan melibatkan Dinas Kesehatan Bali, Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Bali, serta Direktur RSUD Sanglah di Denpasar, Bali.
Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Nyoman Gede Anom mengatakan, DBD merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian cukup tinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang dimulai sejak 2021 lalu hingga 2025.
Strategi tersebut di antaranya adalah pemeriksaan jentik secara berkala, pembentukan Tim Gerak Cepat dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, penerapan tata laksana dengue sesuai standar, mengajak masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing, manajemen program, dan kemitraan dengan Pemerintah.
“Serta yang terakhir tidak kalah penting adalah untuk penggunaan vaksin dengue di kalangan masyarakat untuk penanggulangan penyebaran dengue yang lebih luas di wilayah Provinsi Bali,” kata I Nyoman Gede Anom.
Sementara Kepala Bidang PDP Dinas Kesehatan Bali I Gusti Ayu Raka Susanti mengungkapkan, ada tiga wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Bali, yaitu Gianyar, Badung, dan Buleleng. Sedangkan, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Sanglah Bali, I Ketut Agus Somia mengatakan, pasien yang terinfeksi penyakit dengue primer sering kali tidak menunjukkan adanya gejala.
“Maka dari itu diperlukan pencegahan dini untuk memutus rantai penularan tersebut. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan infeksi virus dengue dengan meningkatkan kekebalan tubuh sebagai bentuk proteksi diri terhadap penyakit demam berdarah,” tutur dia.
Baca Juga: Bikin Bangga! Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal RI Ternyata Salip AS hingga Jepang
Menurut Pakar kesehatan dr Monica Cynthia, vaksin dengue merupakan salah satu solusi preventif untuk melindungi diri dari demam berdarah dengue (DBD) yang kasusnya di Indonesia mencapai 91.000 sejak awal 2024 dengan 641 kematian.
Selain melindungi dari infeksi, vaksin dengue juga mampu mencegah kasus rawat inap akibat virus dengue hingga 95,4 persen. Hal ini menandakan vaksin dengue memiliki peran penting dalam upaya pencegahan kasus DBD di masyarakat.
“Berbagai studi mengatakan antibodi yang ada di dalam vaksin dapat melemahkan virus dengue sehingga menghindarkan pasien dari komplikasi serius yang dapat timbul dari penyakit ini,” kata Monica.
Vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun yang memiliki kondisi sehat serta tidak memiliki alergi vaksin saat dilakukan vaksinasi.
Namun, vaksin dengue tidak disarankan bagi individu yang tengah hamil, mengalami kondisi imunokompromais atau kekebalan tubuh lemah, seperti kanker dalam kemoterapi, steroid dosis tinggi, imunodefisiensi primer dan penderita HIV yang tidak dalam terapi ARV.
Setelah melakukan vaksinasi, mungkin akan muncul beberapa efek samping seperti nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, malaise, demam ringan dan lain-lain.
“Namun, apabila itu terjadi, masyarakat dapat berkonsultasi dengan dokter,” ujar Monica.
Baca Juga: PDIP Gelar Rakernas di Jakarta, Jokowi Pilih “Staycation” di Istana Yogyakarta