NawaBineka – Baru-baru ini, sebuah video viral menunjukkan situasi tegang di Masjid Raya Baiturrahman, Semarang, saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan melaksanakan salat Jumat. Video ini menunjukkan pengawalan dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang diduga mengusir jemaah lain agar Gibran bisa salat tanpa gangguan.
Ini bikin banyak orang bertanya-tanya, apakah bener ada pengusiran atau cuman salah paham saja? Awalnya, video tersebut mendapat perhatian luas dan banyak komentar negatif.
Gibran dan Paspampres kemudian dipandang sebagai pihak yang kurang menghargai jemaah lainnya di masjid. Namun sebenarnya, ada penjelasan penting dari pihak Paspampres yang perlu kita dengar.
Penjelasan dari Paspampres
Brigjen Samson Sitohang, Wakil Komandan Paspampres, langsung angkat bicara untuk meluruskan situasi. Dia menjelaskan, mereka tidak mengusir jemaah salat Jumat tersebut.
“Sebenarnya itu bukan penggeseran, apalagi pengusiran. Itu adalah anggota saya sendiri yang memang duduk di situ untuk tempat pejabat lain yang rencananya akan hadir,” kata Samson.
Dia menegaskan, bahwa pengaturan tempat di masjid adalah bagian dari prosedur keamanan yang sudah menjadi standar operasional Paspampres. Menurutnya, anggota yang terlihat di video itu sebenarnya berada di situ untuk penyediaan saf bagi pejabat yang datang.
Prosedur pengamanannya sangat ketat dan jelas, namun sayangnya, hal ini malah dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan situasi untuk menyudutkan Gibran.
Reaksi Publik yang Beragam
Setelah video tersebut viral, tanggapan publik pun beragam. Ada yang mendukung Gibran, ada juga yang mengkritik pengamanan yang tampak tidak menghargai jemaah. Ini menciptakan perdebatan mengenai etika pengamanan dan penghormatan terhadap ibadah.
Sebagai jemaah, baik kita yang duduk di saf atau orang-orang berpengaruh harus saling menghormati, kan? Gak ada salahnya kalau kita mengutamakan kebersamaan daripada kepentingan semata.
Perspektif Pengurus Masjid
Ketua Umum Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman Jateng Ahmad Darodji membantah isu soal pengusiran jamaah oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka hendak menunaikan Salat Jumat.
“Itu memang itu meluruskan shaf. Ada satu orang yang berdiri yang dikira diusir itu, itu adalah juga staf Wapres,” ujar Ahmad Daroji.
Menurut Ahmad, sebelum Wapres Gibran tiba di Masjid Baiturahman, memang sudah menjadi protokol ada anggota Paspampres yang mengamankan lokasi. Anggota tersebutlah yang menduduki sementara tempat Gibran salat.
Ketika Gibran tiba, anggota Paspampres lainnya lantas meluruskan shaf sekaligus memperlebar agar bisa muat demi merapatkan shaf. “Ya, tentu wajar, kan, beliau sebagai Wakil Presiden, ada Paspampresnya. Nah untuk mereka itu tentu, meskipun duduk sama-sama duduk dan mereka mengamankan beliau,” tutur Ahmad.
Bahkan ketika tiba, kata Daroji, Gibran tidak mau diperlakukan istimewa selayaknya orang penting nomor dua di Indonesia. Gibran sebenarnya diberikan tempat di shaf depan, namun ia menolaknya.
“Jadi beliau saya antar dari kantor MUI ke Masjid Baiturahman, kita siapkan wudhu di tempat (khusus), tapi beliau tidak mau. Beliau wudhu bersama yang lain. Nah, kemudian beliau duduk, tidak mau di depan,” jelas dia.
Kemudian selesai menunaikan salat Jumat saat itu, Gibran menyalami jamaah yang memenuhi Masjid Baiturahman. Bahkan prosesnya berlangsung hingga Gibran akan memasuki mobil untuk melanjutkan giat di Jateng.
“Beliau begitu akrab, tidak mau diistimewakan. Bahkan beliau perintahnya kepada para Paspampresnya, supaya humanis. Jangan sampai ada berlaku yang sampai menodai nama dan martabat mereka. Jadi itulah kenyataannya,” ungkap Ahmad.