NawaBineka – Stres oksidatif terjadi ketika produksi radikal bebas melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya dengan antioksidan. Kondisi ini merusak sel, protein, dan DNA, yang dapat memperburuk berbagai masalah kesehatan, termasuk penuaan dini, penyakit jantung, kanker, dan gangguan neurodegeneratif.
Perlu diketahui, stres oksidatif dipicu oleh berbagai faktor, termasuk pola makan yang buruk, polusi, paparan sinar UV, dan stres emosional. Pasalnya, stres emosional yang berkepanjangan dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam tubuh.
Baca Juga: Anoa “Kerbau Kerdil” dari Sulawesi yang Terancam Punah
Saat tubuh berada dalam kondisi stres, hormon kortisol dan adrenalin dilepaskan untuk membantu tubuh menghadapi situasi yang menekan. Namun, peningkatan kadar hormon stres ini juga merangsang produksi radikal bebas, yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel-sel tubuh.
Polusi udara, yang mengandung partikel berbahaya dan bahan kimia, juga memicu stres oksidatif. Paparan jangka panjang terhadap polusi ini dapat merusak sistem pernapasan, meningkatkan risiko penyakit jantung, dan mempercepat penuaan kulit.
Mengurangi paparan polusi dengan menggunakan masker, menjaga lingkungan rumah tetap bersih, dan menambahkan tanaman dalam ruangan dapat membantu mengurangi stres oksidatif.
Paparan sinar UV adalah penyebab lain dari stres oksidatif, terutama pada kulit. Sinar UV merusak kolagen dan elastin, protein yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis, menyebabkan keriput dan penuaan dini. Menggunakan tabir surya setiap hari dan menghindari paparan sinar matahari pada jam-jam puncak adalah cara efektif untuk mengurangi kerusakan akibat radikal bebas pada kulit.
Makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan makanan olahan juga dapat memicu stres oksidatif dalam tubuh. Makanan ini merangsang peradangan dan menghasilkan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh.
Menggantikan makanan olahan dengan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan lemak sehat dapat membantu menurunkan stres oksidatif dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Anti-Bullying untuk Membentuk Karakter Anak
Antioksidan adalah pertahanan terbaik tubuh melawan stres oksidatif. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, selenium, dan beta-karoten membantu menetralkan radikal bebas dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Mengintegrasikan makanan ini ke dalam diet harian dapat memberikan perlindungan berkelanjutan terhadap stres oksidatif.
Dengan mengelola stres emosional, menghindari paparan polusi dan sinar UV, serta memilih pola makan yang sehat, kita dapat mengurangi stres oksidatif dan memperbaiki kesehatan secara keseluruhan. Memahami dampak radikal bebas dan cara melindungi tubuh adalah kunci untuk hidup lebih sehat dan lebih lama.