NawaBineka – Dinas Perhubungan DKI Jakarta (Dishub) mengumumkan rencana untuk mengubah rute TransJakarta Koridor 1, yang menghubungkan Blok M hingga Kota. Alasan perubahan ini karena upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan subsidi dan pelayanan angkutan umum di Jakarta.
Penyesuaian rute ini direncanakan akan dilakukan pada 2029, di mana rute Blok M-Kota akan dihapus seiring dengan pengoperasian jalur MRT Lebak Bulus-Kota. Dengan adanya penyesuaian ini, Dishub berharap dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana subsidi yang selama ini diberikan bagi operator angkutan umum.
Kebijakan tentang Subsidi Angkutan Umum
Kepala Dishub Jakarta, Syafrin Liputo, menjelaskan bahwa langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebutuhan akan efisiensi pengelolaan dana public service obligation (PSO) atau subsidi.
“Seperti yang kita ketahui, Jakarta memiliki rencana induk transportasi yang mencakup efisiensi pengelolaan dana PSO,” kata Syafrin.
Dengan langkah ini, Dishub ingin memastikan bahwa setiap dana yang digunakan benar-benar dapat memberikan manfaat maksimal kepada masyarakat.
Dalam kajian yang dilakukan, Dishub menemukan bahwa terdapat overlapping antara rute TransJakarta Koridor 1 dan rute MRT. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengeluaran ganda untuk subsidi yang sama, sehingga perlu dilakukan penyesuaian agar efisiensi dapat tercapai.
Alasan Penutupan Rute
Penghapusan rute Blok M-Kota pada Koridor 1 TransJakarta dirasa perlu karena adanya rute MRT yang sudah siap memberikan layanan hingga Stasiun Kota. Pemerintah berharap bahwa masyarakat akan beralih menggunakan transportasi massal yang lebih efisien dan terintegrasi.
Sebagaimana diketahui, rute Blok M-Kota berfungsi untuk menghubungkan titik-titik vital di Jakarta. Namun, setelah MRT beroperasi penuh, diharapkan masyarakat akan lebih memilih untuk menggunakan MRT, yang menawarkan kecepatan dan kenyamanan yang lebih baik.
Implikasi Perubahan Rute
Perubahan rute ini diprediksi akan memberikan dampak pada pola perjalanan masyarakat. Dengan berkurangnya layanan TransJakarta, diharapkan MRT dapat mengambil alih beban transportasi di kawasan tersebut, mengingat MRT memberikan kecepatan yang lebih dibandingkan dengan bus.
Di sisi lain, Dishub akan tetap mempertahankan rute TransJakarta Koridor 2, yaitu Pulo Gadung-Harmoni, karena rute tersebut tidak memiliki kesamaan jalan yang 100 persen dengan jalur MRT.
Penolakan Masyarakat
Banyak pengguna TransJakarta yang mengeluhkan kebijakan penghapusan rute koridor 1 TransJakarta Blok M – Kota. Para penggguna atau penumpang merasa tarif MRT jauh lebih mahal dibandingkan TransJakarta.
Hal ini didukung oleh pernyatataan Pengamat transportasi sekaligus Ketua Instran (Inisiatif Strategis untuk Transportasi) Darmaningtyas yang juga menolak keras rencana penghapusan rute Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota.
“Saya kaget membaca pernyataan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Lupito melalui akun Insgagramnya yang menjelaskan bahwa kelak ketika MRT tahap II sudah selesai (diperkirakan tahun 2027), maka layanan Transjakarta Koridor 1 (Blok M – Kota) akan ditiadakan,” ungkap Darmaningtyas kepada media.
Darmaningtyas menekankan, penghapusan Transjakarta koridor 1, bukan langkah yang tepat. Bahkan, menurut dia itu adalah langkah konyol dari Dishub DKI.
“Ini jelas langkah yang tidak tepat, untuk tidak menyebut konyol. Kadishub dipastikan tidak tahu kondisi lapangan, termasuk kondisi pelanggan MRT dan Transjakarta (TJ),” tegas Darmaningtyas.
Dia menyatakan, apabila Kadishub Jakarta memahami karakteristik penumpang MRT dan Transjakarta, tentu tidak akan mengeluarkan rencana penghapusan koridor 1. Sebab, jika koridor 1 tetap dihapuskan maka para pelanggan Transjakarta bukan pindah ke MRT tapi berpotensi memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor.
“Saat ini saja, jarak Lebak Bulus – Bunderan HI tarifnya mencapai Rp. 14.000, Naik Transjakarta hanya Rp. 3.500,” pungkas Darmaningtyas.