NawaBineka – Nama Margono Djojohadikoesoemo, kakek dari Presiden Prabowo Subianto, mencuat setelah diusulkan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menyatakan bahwa Margono layak mendapat pengakuan sebagai pahlawan atas kontribusinya yang luar biasa bagi Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi dan perbankan.
Saat menghadiri acara di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Minggu (10/11/2024), Gus Ipul menjawab pertanyaan mengenai kelayakan Margono sebagai pahlawan nasional.
Baca Juga: Pertemuan Luar Negeri Prabowo dan Xi Jinping, Bahas Kerja Sama Ekonomi Biru hingga Giant Sea Wall
“Iya, sangat layak beliau (Margono Djojohadikoesoemo),” ujar Gus Ipul, seraya menambahkan bahwa pemberian gelar tersebut tetap akan melalui proses yang sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Kiprah Margono Djojohadikoesoemo di Ekonomi Indonesia
Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo lahir pada 16 Mei 1894 di Banyumas, Jawa Tengah, dari keluarga bangsawan keturunan Raden Tumenggung Banyakwide, seorang pengikut setia Pangeran Diponegoro. Ayahnya, Raden Tumenggung Mangkuprodjo, dan kakeknya, Raden Kartoatmodjo, merupakan sosok terpandang di Jawa.
Margono dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah perbankan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bangsa ini menghadapi tantangan besar dalam stabilitas ekonomi.
Pada masa itu, De Javasche Bank—bank sentral era kolonial—tidak mengakui kedaulatan Indonesia, sehingga dibutuhkan lembaga keuangan nasional untuk mendukung perekonomian yang baru terbentuk.
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung, Margono mengusulkan pembentukan bank sentral. Atas mandat dari Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, ia memimpin pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) pada 16 September 1945.
BNI diberi wewenang untuk menerbitkan mata uang baru, Oeang Republik Indonesia (ORI), sebagai alat pembayaran resmi di seluruh Indonesia. Nah, BNI menjadi simbol kedaulatan ekonomi Indonesia, dan di bawah kepemimpinan Margono, lembaga ini memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.
Pada 1970, status hukum BNI diubah menjadi persero, menjadikannya bank negara dengan peran yang semakin strategis.
Peran Margono di Dunia Perbankan dan DPR
Margono Djojohadikoesoemo juga berperan besar dalam sejarah parlemen Indonesia. Pada 1950-an, Margono mengajukan usulan resolusi di DPR untuk menggunakan hak angket. Ia mengusulkan agar DPR membentuk panitia angket guna menyelidiki devisa dan penggunaannya.
Panitia tersebut, yang dipimpin langsung oleh Margono, bertugas untuk mengevaluasi dan mengawasi kebijakan devisa yang berlaku pada masa itu. Upaya ini mencerminkan keprihatinannya terhadap pengelolaan keuangan negara dan tekadnya untuk menjaga kedaulatan ekonomi Indonesia.
Keturunan yang Terus Menginspirasi
Margono Djojohadikoesoemo tidak hanya dikenal melalui warisan institusionalnya, tetapi juga melalui generasi penerus yang tetap berkiprah dalam membangun Indonesia. Putranya, Soemitro Djojohadikoesoemo, menjadi ekonom terkemuka dan berpengaruh di tanah air, sementara cucunya, Prabowo Subianto, kini menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Baca Juga: Denny Sumargo Tak Gentar Hadapi Laporan Farhat Abbas, Sebut Kasus Ini Menggemaskan
Sumbangsih besar Margono terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dan pendirian lembaga perbankan nasional menjadikannya sosok yang patut dikenang. Menurut Gus Ipul, Margono telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi bangsa dan layak mendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional. “Kalau ada yang nanya, (jawabannya) sangat layak dan diproses bagaimana mestinya,” ujar Gus Ipul.
Warisan Margono Djojohadikoesoemo dalam Sejarah Indonesia
Margono Djojohadikoesoemo meninggal pada 25 Juli 1978 di Jakarta. Ia dikenang sebagai “pahlawan ekonomi” yang turut berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan ekonomi Indonesia. Hingga saat ini, peran BNI sebagai bank nasional yang didirikannya terus berlanjut sebagai salah satu pilar ekonomi negara.
Usulan untuk memberikan gelar pahlawan kepada Margono tidak hanya mencerminkan pengakuan atas dedikasinya, tetapi juga sebagai penghormatan bagi generasi yang telah meletakkan dasar bagi kemandirian ekonomi Indonesia. Jika disahkan, Margono akan bergabung dalam jajaran tokoh bangsa yang dikenang atas jasa-jasanya bagi tanah air.