Tuesday, December 24, 2024
spot_img
HomeLifestyleHealthMenkes Budi Gunadi Sebut Kanker Stadium I Bisa Sembuh

Menkes Budi Gunadi Sebut Kanker Stadium I Bisa Sembuh

NawaBineka – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui ketakutan masyarakat untuk menjalani deteksi dini kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya mendeteksi perkembangan kanker di Indonesia.

Padahal, kanker pada stadium awal, khususnya stadium I, memiliki tingkat kesembuhan hingga 90 persen jika diketahui lebih awal. Hal ini disampaikan Budi Gunadi dalam Indonesia International Cancer Conference (IICC) 2024 yang digelar di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.

Baca Juga: Anoa “Kerbau Kerdil” dari Sulawesi yang Terancam Punah

Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Anti-Bullying untuk Membentuk Karakter Anak

“Check up itu sangat penting. Sayangnya, banyak masyarakat yang takut mengetahui hasil pemeriksaan, khususnya terkait kanker. Padahal, lebih baik kita cek sejak dini daripada terlambat,” kata Budi seusai membuka konferensi tersebut, Kamis (3/10/2024).

Ketakutan Masyarakat, Penghalang Deteksi Dini

Menkes Budi menekankan bahwa ketakutan untuk mengetahui kondisi kesehatan hanya akan memperburuk situasi. Ia menegaskan, masyarakat tak perlu khawatir soal peluang sembuh, karena kunci utamanya adalah deteksi dini.

“Deteksi dini adalah strategi terbaik dalam menangani kanker. Jika kanker ditemukan pada stadium I, 90 persen pasien bisa sembuh. Jadi, tidak perlu takut,” tegas Menkes Budi.

Data terbaru menunjukkan bahwa kanker payudara menempati peringkat pertama dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, mencapai 16,2%. Kanker serviks berada di urutan kedua dengan 9%, dan kanker paru-paru di peringkat ketiga dengan 7%, serta memiliki angka kematian yang tinggi.

IICC 2024: Kolaborasi Global dalam Memerangi Kanker

Isu penanganan kanker menjadi fokus utama dalam forum Indonesia International Cancer Conference (IICC) 2024 yang dihadiri oleh para ahli onkologi, peneliti, akademisi, dan pemimpin global. Menkes Budi Gunadi menekankan bahwa pertemuan ini mencerminkan komitmen kolektif dalam memerangi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling mendesak di dunia.

“Kekuatan kita terletak pada persatuan dan kolaborasi. Melalui berbagi pengetahuan, kita dapat mengambil tindakan bersama dalam upaya melawan kanker,” ujar Budi dalam sambutannya di pembukaan acara tersebut.

Konferensi ini juga menyoroti tantangan global terkait akses perawatan kanker yang tidak merata, khususnya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Budi menegaskan bahwa melalui kemitraan pembangunan, transfer teknologi, dan berbagi pengetahuan, upaya pengendalian kanker di seluruh dunia dapat ditingkatkan.

70% Pasien Kanker Terdiagnosis di Stadium Lanjut

Di Indonesia, kanker menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan stroke. Menurut data tahun 2022, terdapat 400 ribu kasus baru kanker di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 200 ribu jiwa per tahun. Lebih mengkhawatirkan lagi, 70 persen pasien kanker di Indonesia baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Kondisi ini sangat mengurangi peluang kesembuhan dan memerlukan penanganan medis yang lebih kompleks serta biaya yang jauh lebih besar. Data BPJS Kesehatan tahun 2023 mencatat bahwa kanker merupakan penyakit katastropik dengan biaya pengobatan yang sangat besar, mencapai Rp5,9 triliun.

Ini menjadi tantangan serius bagi sistem kesehatan di Indonesia, yang terus berupaya memperbaiki akses dan kualitas perawatan kanker.

Optimisme untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Pertemuan IICC 2024 diikuti oleh peserta dari berbagai negara, mulai dari ahli onkologi, akademisi, pembuat kebijakan, hingga masyarakat umum yang peduli terhadap pencegahan, diagnosis, dan pengendalian kanker.

Diharapkan, melalui kolaborasi global ini, upaya deteksi dini dan pengobatan kanker dapat terus ditingkatkan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Baca Juga: Megawati Sajikan Nasi Goreng saat Bertemu Prabowo yang Hanya Tinggal Hitungan Hari

“Melalui kerja sama dan kemitraan global, kita bisa berbagi pengetahuan dan teknologi yang akan berdampak besar dalam meningkatkan pengendalian kanker, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” jelas Budi.

Dengan semakin gencarnya upaya pemerintah dan dukungan dari komunitas internasional, optimisme semakin tumbuh bahwa tantangan besar ini bisa diatasi. Hal yang dibutuhkan adalah kesadaran masyarakat untuk tidak takut melakukan deteksi dini, karena itu adalah kunci menuju kesembuhan.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments