NawaBineka – Perubahan zaman memengaruhi banyak aspek kehidupan, salah satunya adalah pandangan terhadap pernikahan. Jika di masa lalu menikah adalah tujuan hidup yang wajib dicapai pada usia tertentu, kini generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih enggan atau bahkan menunda pernikahan. Fenomena ini mencerminkan pergeseran sosial yang unik, dan terdapat beberapa faktor mendasar yang menjadi penyebabnya. Berikut empat alasan utama mengapa generasi ini lebih memilih jalan hidup yang berbeda.
Prioritas Karier dan Pendidikan
Salah satu alasan utama mengapa milenial dan Gen Z enggan menikah di usia muda adalah fokus mereka pada karier dan pendidikan. Di tengah persaingan global yang semakin ketat, banyak dari mereka yang memilih untuk mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan membangun karier sebelum memikirkan pernikahan. Dengan fokus pada pengembangan diri, pernikahan dianggap bisa mengganggu fokus atau bahkan menambah beban hidup di saat mereka belum merasa siap secara finansial atau mental.
Dalam survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga, mayoritas milenial menyatakan bahwa mereka ingin memiliki stabilitas finansial yang cukup sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Kebutuhan ini semakin kuat di tengah tingginya biaya hidup di perkotaan dan ketidakpastian ekonomi.
Baca Juga: 10 Tanda Doi Adalah Orang yang Tepat, Biar Makin Yakin
Kebebasan dan Fleksibilitas Hidup
Bagi banyak milenial dan Gen Z, pernikahan sering dianggap sebagai bentuk komitmen yang dapat membatasi kebebasan. Generasi ini sangat menghargai kebebasan pribadi, termasuk dalam memilih gaya hidup dan mengatur waktu mereka. Mereka lebih memilih mengeksplorasi berbagai hal seperti traveling, memulai bisnis, atau menjalin hubungan tanpa adanya tuntutan untuk segera menikah.
Kebebasan dalam mengambil keputusan tanpa harus mempertimbangkan pasangan atau keluarga seringkali menjadi alasan utama mengapa generasi ini merasa bahwa pernikahan bukanlah prioritas utama dalam hidup mereka. Bagi mereka, menikmati kehidupan dengan fleksibilitas adalah hal yang lebih penting daripada mengikuti standar sosial yang mengharuskan mereka menikah di usia tertentu.
Pengalaman Hubungan yang Tidak Memuaskan
Di era digital, milenial dan Gen Z lebih sering berhubungan melalui media sosial dan aplikasi kencan. Sayangnya, interaksi virtual ini seringkali membawa pengalaman hubungan yang tidak memuaskan. Banyak dari mereka yang mengalami hubungan yang tidak sehat atau tidak stabil, yang membuat mereka ragu untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Pengalaman buruk dalam menjalin hubungan, seperti toxic relationship atau ketidakcocokan yang sering terjadi, membuat generasi ini lebih berhati-hati dalam memutuskan untuk menikah. Mereka lebih memilih menunggu hingga benar-benar menemukan pasangan yang sesuai, daripada terburu-buru menikah dan menghadapi masalah di kemudian hari.
Pandangan yang Lebih Kritis terhadap Pernikahan
Generasi milenial dan Gen Z tumbuh di tengah perubahan sosial yang signifikan, termasuk meningkatnya angka perceraian dan pergeseran pandangan terhadap institusi pernikahan. Mereka melihat pernikahan bukan lagi sebagai keharusan atau satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan. Sebaliknya, mereka lebih kritis dan realistis dalam memandang pernikahan, menganggap bahwa kebahagiaan bisa dicapai dengan atau tanpa adanya pernikahan.
Selain itu, tekanan dari lingkungan sosial untuk menikah di usia muda semakin berkurang. Pandangan masyarakat yang lebih terbuka terhadap pilihan hidup berbeda membuat mereka merasa tidak lagi perlu terburu-buru menikah hanya karena tuntutan norma atau tradisi. Mereka lebih memilih untuk merancang kehidupan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka, tanpa harus terikat pada aturan sosial yang lama.
Baca Juga: 5 Sifat Wanita yang Sebaiknya Dihindari dalam Mencari Pasangan Serius
Keengganan milenial dan Gen Z untuk menikah di usia muda bukan berarti mereka menolak pernikahan sepenuhnya. Namun, mereka lebih selektif dalam memilih pasangan, menunggu hingga merasa benar-benar siap baik secara finansial maupun emosional. Pergeseran pandangan ini mencerminkan perubahan sosial yang tengah berlangsung, di mana kebebasan, kebahagiaan, dan pencapaian pribadi menjadi prioritas utama bagi generasi muda.