NawaBineka – Victor Sharrah, seorang pria berusia 59 tahun dari Clarksville, Tennessee, memiliki penglihatan yang tajam. Namun, pada suatu hari di bulan November 2020, hidupnya berubah secara drastis.
Tiba-tiba, dia menyadari bahwa wajah orang-orang di sekitarnya terlihat seperti setan, telinga, hidung, dan mulut mereka tertarik ke belakang, dengan lekukan di dahi, pipi, dan dagu mereka.
“Pikiran pertama saya adalah saya terbangun di dunia iblis,” ungkap Sharrah. “Anda tidak dapat membayangkan betapa menakutkannya hal itu,” kata dia mengutip NBCNews, Kamis (28/3/2024).
Setelah berkonsultasi dengan seseorang yang mengajar orang-orang tunanetra, dia didiagnosis menderita prosopometamorphopsia, atau PMO, gangguan persepsi neurologis yang sangat langka.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan Musnahkan Produk Impor yang Melanggar Aturan Senilai Rp9,33 Miliar
Gangguan ini menyebabkan wajah tampak terdistorsi dalam bentuk, ukuran, tekstur, atau warna.
Distorsi wajah hanya muncul ketika Sharrah melihat orang secara langsung, bukan dalam foto atau melalui layar komputer. Hal ini membuat para ilmuwan berkesempatan untuk memvisualisasikan kondisi tersebut untuk pertama kalinya.

Para peneliti di Dartmouth College menciptakan representasi digital dari apa yang dialami Sharrah, yang kemudian dipublikasikan di The Lancet.
Untuk membuat visual tersebut, para peneliti meminta Sharrah untuk mendeskripsikan perbedaan antara foto wajah orang dan orang yang berdiri di depannya di kehidupan nyata.
Kemudian, mereka menggunakan perangkat lunak pengedit gambar untuk memodifikasi gambar agar sesuai dengan deskripsi Sharrah.
PMO sering kali hilang setelah beberapa hari atau minggu, meskipun dalam beberapa kasus, gejala tersebut dapat bertahan selama bertahun-tahun. Sharrah masih mengalami gejala PMO hingga saat ini.
Penyebab PMO belum sepenuhnya dipahami, meskipun para peneliti menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh disfungsi jaringan otak yang menangani pemrosesan wajah. Beberapa kasus PMO telah dikaitkan dengan trauma kepala, stroke, epilepsi, atau migrain.
Sharrah diduga mengalami PMO setelah mengalami keracunan karbon monoksida atau cedera kepala parah.
Baca Juga: Tampang Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di Gerbang Tol Halim, Usia Masih 18 Tahun dan Gak Punya SIM
Sharrah, yang juga mengalami trauma kepala pada usia 43 tahun, memiliki lesi di sisi kiri otaknya, seperti yang terlihat dari pemindaian MRI.
PMO hanya terjadi pada sejumlah kecil orang, dan banyak dari mereka tidak melaporkan kondisi mereka karena takut dianggap memiliki gangguan kesehatan mental.
Beberapa pasien PMO bahkan salah didiagnosis dan diberi resep obat untuk gangguan psikologis seperti skizofrenia atau psikosis.
Meskipun gejala PMO sering kali berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, terdapat beberapa kesamaan dalam pengalaman pasien.

Duchaine, seorang peneliti utama di Social Perception Lab, mengatakan bahwa beberapa pasien PMO melihat wajah terkulai atau melihat wajah ganda ketika mereka melihat orang.
Sharrah, meskipun mengalami PMO, telah menemukan cara untuk mengatasi kondisinya. Dia tinggal bersama teman sekamar dan kedua anaknya, yang membantunya merasa lebih nyaman dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, dia juga menemukan bahwa lampu hijau dapat meredakan gejalanya, sehingga dia terkadang memakai kacamata dengan lensa berwarna hijau saat berada di tengah keramaian.
Sharrah berharap bahwa dengan berbagi pengalamannya, dia dapat membantu orang lain yang mungkin mengalami trauma yang serupa dan mencegah mereka menggunakan obat-obatan terlarang dan tidak sesuai penggunaannya.