Wednesday, March 26, 2025
spot_img
HomeNewsEkonomiPrabowo Tegaskan Alat Pertahanan Bekas Bukan Alutsista Usang

Prabowo Tegaskan Alat Pertahanan Bekas Bukan Alutsista Usang

Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyampaikan niatnya untuk membeli 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Angkatan Udara Qatar pada diskusi calon presiden, Minggu, 7 Januari 2024. Langkah ini merupakan bagian dari upayanya meningkatkan kesiapan tempur TNI AU.

Saat ditanya, Prabowo jawab tegas alasan Kementerian Pertahanan memutuskan membeli pesawat bekas dibandingkan pesawat baru

Baca Juga: Presiden Prabowo Lantik 31 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI di Istana Negara

Menurutnya, usia pemakaian—bukan kondisi barangnya—adalah hal yang penting dalam perlengkapan militer dan keamanan, termasuk kapal perang dan pesawat terbang. Selain itu, tunjukkan dengan jelas bahwa perlengkapan pertahanan yang dibeli bukan alutsista usang. Prabowo Subianto menjelaskan rata-rata masa pakai alutsista berkisar antara 25 hingga 30 tahun.

“Jadi pesawat, umpamanya pesawat Mirage 2000-5 yang ada di Qatar, yang rencananya kita ingin akuisisi itu usia pakainya masih 15 tahun. Dan teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih,” jawab tegas Prabowo dalam debat Capres di Istora Senayan pada Minggu, 7 Januari 2024.

Lebih lanjut, Prabowo jawab tegas bahwa pengiriman dan pengoperasian pesawat baru yang dibeli Indonesia biasanya memakan waktu bertahun-tahun, berkisar antara tiga hingga tujuh tahun.

Prabowo Subianto juga merujuk pada Seokarno, Presiden pertama Republik Indonesia, yang menggunakan kelebihan perangkat keras militer—seperti pesawat terbang, kapal selam, kapal perusak, dan senjata lainnya—untuk mengatasi masalah di Hindia Barat.

Ia menekankan bahwa, bahkan saat ini, banyak negara menggunakan alutsista bekas, dengan lebih dari separuh alutsista tempur telah digunakan kembali namun masih berfungsi.

Kementerian Pertahanan akan mempertimbangkan kualitas dan jam terbang saat membeli pesawat tua. Memberikan prajurit TNI perawatan terbaik adalah prioritas utama, menurut Prabowo, namun keadaan saat ini seperti epidemi COVID-19, situasi di Ukraina, kenaikan harga pangan dan bensin juga harus diperhitungkan.

Selain itu, Prabowo Subianto mendorong para calon presiden untuk membicarakan pertahanan Indonesia. Ia mengatakan, kondisi alutsista bekas yang digunakan masih bagus dan bukan alutsista usang.

“Pak Anies rupanya tidak mengerti masalah pertahanan. Saya bersedia mengundang Pak Anies di tempat yang Pak Anies suka, kita diskusi, saya akan bawa data yang sebenar-benarnya. Jadi barang-barang bekas menurut saya itu menyesatkan rakyat. Tidak pantas profesor ngomong gitu karena dalam pertahanan hampir 50% alat-alat di mana pun adalah bekas, tapi usianya masih muda,” ucap Prabowo menanggapi pertanyaan dalam debat Capres ketiga.

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Instagram/Prabowo)

Penegasan yang dilontarkan Prabowo Subianto tidak sepenuhnya salah, menurut Bonifasius Endo Gauh Perdana, dosen ahli Universitas Tidar di bidang hubungan internasional dan hubungan ekonomi politik internasional.

Ia mengklaim, proses penciptaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) pertahanan memerlukan waktu yang cukup lama, setidaknya dua tahun.

“Menurut data dari CSIS, Amerika Serikat, sebagai salah satu produsen terbesar peralatan militer di dunia, memerlukan waktu sekitar 29 bulan untuk memproduksi alutsista domestik mereka. Jika ada negara lain yang berminat untuk membeli produk-produk tersebut, harus melalui proses persetujuan kongres yang juga memakan waktu yang signifikan,” ungkapnya dikutip pada Minggu, 7 Januari 2024.

Selain itu, negara adidaya seperti AS mempunyai sejarah keragu-raguan untuk mengekspor perangkat keras pertahanan yang baru dikembangkan.

Pemerintah Amerika Serikat sering kali mengizinkan angkatan bersenjatanya mengekspor kelebihan perangkat keras pertahanan ke negara-negara asing.

Kecuali ada keadaan luar biasa, sering kali hanya peralatan pertahanan bekas yang boleh dijual ke negara lain. Akibatnya, negara-negara yang membeli alutsista pertahanan seringkali hanya dapat memperoleh alutsista bekas—bukan alutsista usang.

Menurut Bonifasius, asisten dosen hubungan internasional di Universitas Paramadina dan peneliti di Monash University Indonesia, sebagian besar negara, termasuk Indonesia, sering menggunakan alutsista bekas, namun bukan alutsista usang.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments