NawaBineka – Para pesepakbola dunia ikut mengampanyekan seruan All Eyes on Rafah yang sedang menggema di media sosial, menyoroti kekejaman Israel membantai rakyat Palestina.
Pemain sepakbola seperti Ousmane Dembele (Paris Saint-Germain), Dayot Upamecano (Bayern Munchen), Nicolas Jackson (Chelsea), Riyad Mahrez (Al Ahli), Ibrahima Konate (Liverpool), hingga William Saliba (Arsenal) memajang grafis All Eyes on Rafah yang sedang viral di media sosial mereka.

Diketahui, Israel menyerang Rafah, Palestina sejak akhir pekan lalu. Puncak serangan Israel ke Rafah terjadi pada Senin (27/5/2024).
Tenda pengusian rakyat Palestina di kawasan Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, digempur sampai terbakar. Puluhan korban jiwa berjatuhan, mayoritas perempuan dan anak-anak. Serangan masih berlanjut pada Selasa (28/5/2024) kemarin.
Ini Makna Seruan All Eyes On Rafah
Kekejaman Israel mendapat sorotan masyarakat dunia. Seruan All Eyes On Rafah berkaitan dengan aksi solidaritas dan rasa kemanusiaan akan serangan dari militer Israel. Itu merupakan bentuk seruan kepada warga dunia, agar menujukan solidaritas, mendoakan, dan perhatian kepada apa yang terjadi di Rafah.
Seruan All Eyes on Rafah berawal ketika Israel menyerang Rafah pada Februari 2024 lalu. All Eyes On Rafah juga menggambarkan bagaimana serangan Israel ke kota itu.
Baca Juga: Mengenal Perbedaan SIM C1 dan SIM C yang Baru Berlaku di Indonesia
Ketegangan yang terjadi di Rafah kemungkinan juga ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan perundingan yang dimediasi oleh Mesir, AS, dan Qatar mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata, termasuk pembebasan sisa sandera Israel oleh Hamas. Bersamaan dengan pembebasan tahanan Palestina yang dipenjara oleh Israel.

All Eyes On Rafah dalam bahasa Inggris memiliki arti semua mata tertuju kepada Rafah. Ya, semua mata kini memperhatikan kota Rafah.
Penyerangan Rafah yang terjadi sejak Senin 6 Mei 2024 malam menyebabkan puluhan orang tewas termasuk wanita dan juga anak-anak. Menurut otoritas kesehatan setempat hampir 36.100 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 81.000 lainnya terluka.
Selama delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur dan warganya kelaparan akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang dilakukan Israel.
Israel pun dituduh melakukan “genosida” di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan militer Israel untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum wilayah itu diserang 6 Mei lalu.
Baca Juga: Bikin Bangga! Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal RI Ternyata Salip AS hingga Jepang