NawaBineka – Sejak dimulainya perang saudara pada tahun 2011, Suriah terjebak dalam ketidakstabilan dan kekacauan yang berkepanjangan. Rezim Bashar Al-Assad berjuang melawan berbagai kelompok pemberontak yang berusaha menggulingkan pemerintahannya.
Meskipun mendapatkan dukungan dari sekutunya, termasuk Rusia dan Iran, kekuatan oposisi tetap kuat dan secara bertahap berhasil merebut kembali banyak wilayah.
Situasi di Suriah semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir, dengan sejumlah kelompok pemberontak yang diperkuat menyerang posisi-posisi penting di sekitar ibu kota, Damaskus. Pada minggu ini, laporan-laporan terbaru mengindikasikan bahwa kekuasaan Assad telah berakhir setelah serangkaian serangan penuh intensitas oleh pemberontak.
Kejatuhan Rezim dan Pelarian Bashar Al-Assad
Rezim Bashar al-Assad akhirnya runtuh ketika pemberontak berhasil memasuki Damaskus, mengguncang stabilitas yang telah dipertahankan selama lebih dari dua dekade. Pimpinan kelompok pemberontak, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), telah menyatakan bahwa era baru pemerintahan telah dimulai di Suriah, pasca kepergian Assad.
Setelah melarikan diri dari Damaskus, Assad dan keluarganya dilaporkan telah tiba di Moskow, Rusia. Menurut sumber-sumber dari media Rusia seperti RIA Novosti dan TASS, suaka diberikan kepada mereka sebagai respons terhadap situasi yang berbahaya di Suriah.
Pernyataan Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham
Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham, Al Julani, menggarisbawahi bahwa semua lembaga publik yang sebelumnya dikelola oleh rezim Assad akan tetap berada dalam pengawasan mereka sampai ada pengalihan kekuasaan yang resmi.
Ia meminta agar semua pasukan oposisi tidak mengambil alih lembaga pemerintah secara langsung, memberi sinyal tentang kebutuhan untuk stabilitas dalam transisi kekuasaan.
“Semua lembaga pemerintah tetap berada di bawah pengawasan pemerintah sementara hingga pengalihan kekuasaan secara resmi,” kata Al Julani.
Dampak Internasional dan Dukungan Rusia
Dalam perkembangan ini, Rusia menegaskan komitmennya untuk mendukung kerangka solusi politik bagi krisis Suriah. Sumber dari Kremlin menyatakan, “Rusia selalu mendukung solusi politik untuk krisis Suriah.
Titik awal kami adalah perlunya melanjutkan negosiasi di bawah naungan PBB.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Assad telah melarikan diri, Rusia tetap berperan penting dalam stabilisasi situasi di Suriah.
Para pemimpin oposisi bersenjata juga memberikan jaminan bahwa mereka akan menjaga keamanan pangkalan militer Rusia dan misi diplomatik yang ada di Suriah. Ini menandakan bahwa meskipun ada perubahan drastis dalam kekuasaan, kepentingan Rusia tetap terlindungi.
Kondisi Terkini Bashar Al-Assad
Terkait kondisi pribadi Bashar Al-Assad, terdapat spekulasi mengenai keselamatan dan masa depan politiknya. Beberapa laporan awal menyebutkan bahwa ada kemungkinan jiwa Assad terancam, bahkan menyebutkan kemungkinan kecelakaan pesawat saat melarikan diri. Namun, tidak ada konfirmasi resmi mengenai hal tersebut.
Sementara itu, pejabat Barat mengonfirmasi bahwa Assad dan keluarganya berada di Rusia dan tidak memiliki alasan untuk meragukan klaim ini. Hal ini semakin menegaskan bahwa Assad kini tidak lagi memiliki kekuasaan di Suriah, dan masa depannya sebagai pemimpin tampaknya telah berakhir.
Menuju Masa Depan Suriah
Dengan berakhirnya pemerintahan Bashar Al-Assad, Suriah dihadapkan pada tantangan baru dalam proses transisi politik. Para pemimpin dunia, termasuk Amerika Serikat, berkomitmen untuk mendukung pembangunan Suriah yang baru.
Amerika Serikat dilaporkan akan bekerja sama dengan semua kelompok yang terlibat, termasuk yang dipimpin oleh PBB, untuk memastikan transisi menuju pemerintahan baru yang mencerminkan kehendak rakyat.
Perkembangan ini mengeksplorasi harapan untuk stabilitas di Suriah, tetapi juga menghadirkan tantangan baru dalam hal pengelolaan kekuasaan baru dan integrasi semua kelompok yang terlibat dalam konflik yang berkepanjangan ini.