NawaBineka – Industri hiburan, khususnya sirkus, memiliki sejarah panjang yang tak hanya dihiasi dengan pertunjukan megah, tetapi juga menyimpan berbagai masalah sosial. Baru-baru ini, sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) mengungkapkan pengakuan bahwa mereka mengalami kekerasan fisik dan eksploitasi selama bekerja di bawah naungan sirkus tersebut.
Tuduhan ini memfokuskan perhatian pada lembaga Taman Safari Indonesia, di mana OCI memberikan pertunjukan sirkus pada era 1970-an. Pengakuan mantan pemain tersebut mengguncang publik, mengangkat isu kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di lingkungan industri hiburan.
Pernyataan Resmi Taman Safari Indonesia
Menanggapi tuduhan tersebut, pihak Taman Safari Indonesia melalui salah satu pendirinya, Tony Sumampau, mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam pernyataannya, Tony mengakui bahwa mereka menerima mantan pemain sirkus dari tempat yang tidak layak, seperti kawasan prostitusi di Kalijodo, Jakarta.
Ia menjelaskan, langkah tersebut diambil untuk menyelamatkan mereka dari kondisi yang lebih buruk. Tony Sumampau juga menyatakan bahwa mereka telah merawat para mantan pemain sirkus ini sejak usia dini, dengan harapan memberikan kehidupan yang lebih baik.
Dia menambahkan, pada waktu itu, tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Taman Safari Indonesia dianggap sebagai langkah yang benar oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Taman Safari Indonesia secara tegas membantah semua tuduhan yang menyatakan bahwa mereka terlibat dalam praktik penyiksaan atau eksploitasi terhadap para mantan pemain sirkus.
Menurut Tony, tidak ada bukti nyata yang mendukung klaim kekerasan tersebut. Sebaliknya, mereka berusaha memberikan kehidupan yang lebih layak bagi individu-individu yang diambil dari lingkungannya yang merugikan.
“Apa yang disampaikan sama sekali mengada-ada,” ujar Komisaris Taman Safari dan pelatih satwa di Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampouw.
Tuduhan ini, menurut pihak Taman Safari, tidak ada kaitannya dengan operasional mereka di masa lalu. Meski demikian, mereka menyatakan akan memberi dukungan sepenuhnya kepada kementerian terkait dalam investigasi masalah ini.
Reaksi Publik dan Desakan dari DPR
Reaksi publik terhadap pengakuan para mantan pemain sirkus ini cukup besar, dengan beberapa anggota DPR, terutama dari Komisi III, mendesak agar pihak kepolisian melakukan pemeriksaan terkait dugaan eksploitasi dan kekerasan.
Mereka menyuarakan keprihatinan atas kondisi mantan pemain sirkus tersebut dan menggugah perhatian pemerintah untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Hal ini menunjukkan bahwa isu kekerasan dan eksploitasi dalam industri hiburan bukan hanya menyangkut Taman Safari atau OCI, tetapi juga merupakan masalah sosial yang lebih luas, dimana perlunya perlindungan hak asasi bagi semua pekerja di sektor hiburan.
Investigasi dan Tanggapan dari Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengambil langkah dengan menerima laporan dari para mantan pemain sirkus untuk investigasi lebih lanjut. Dalam audiensi tersebut, Wamen HAM Mugiyanto mendengarkan laporan dan keluhan yang diajukan.
Tujuan dari audiensi ini adalah untuk memastikan bahwa semua pengaduan yang disampaikan dapat ditangani dengan serius serta investigasi lanjutan dilakukan.
Dengan dukungan kementerian, diharapkan masalah ini dapat dipecahkan dan menempatkan perhatian pada kebutuhan untuk melindungi hak-hak pekerja di industri hiburan, yang sering kali diremehkan.
Kasus ini menyoroti perlunya pengawasan yang ketat terhadap praktik di industri hiburan. Penting bagi semua pihak untuk mengambil langkah proaktif dalam melindungi hak-hak penyanyi, pemain sirkus, dan semua pekerja di sektor tersebut.
Taman Safari Indonesia dan OCI diharapkan untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam menyelesaikan masalah ini demi mencapai keadilan bagi semua.
Mencintai hiburan tidak melulu berarti mengabaikan aspek manusiawi dari industri ini. Kesadaran atas isu-isu kemanusiaan dalam hiburan menjadi hal yang vital untuk memastikan bahwa setiap pertunjukan tidak hanya menyenangkan tetapi juga bebas dari eksploitasi dan kekerasan.