Sunday, June 22, 2025
spot_img
HomeNewsInternasionalPerang Dagang AS-China Jilid 2 Dimulai

Perang Dagang AS-China Jilid 2 Dimulai

NawaBineka – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump resmi menaikkan tarif 10% terhadap impor China pada Selasa (4/2/2025). Sementara konflik dagang dengan Kanada dan Meksiko mungkin ditunda 30 hari, pertikaian ekonomi dengan Beijing tampaknya akan terus berlanjut.

Sebagai respons, pemerintah Xi Jinping mengumumkan tindakan balasan dengan menaikkan tarif impor barang-barang asal AS, terutama di sektor energi dan otomotif. Kementerian Keuangan China menyatakan akan memberlakukan bea masuk tambahan sebesar 15% pada impor batu bara dan gas alam cair dari AS mulai 10 Februari.

Selain itu, tarif 10% lebih tinggi juga akan dikenakan pada minyak mentah AS, peralatan pertanian, serta kendaraan tertentu. Tak hanya itu, Beijing juga mengambil langkah tegas dengan memberlakukan kontrol ekspor terhadap beberapa mineral penting yang digunakan dalam industri teknologi tinggi, termasuk tungsten, telurium, rutenium, molibdenum, dan rutenium.

Google dalam Radar China

Di luar kebijakan tarif, Administrasi Negara Pengaturan Pasar China juga mengumumkan penyelidikan antimonopoli terhadap Google Alphabet, perusahaan teknologi asal AS. Google sebelumnya menarik layanan mesin pencarinya dari China pada tahun 2010, tetapi masih memiliki operasi yang melayani bisnis China yang ingin beriklan di platformnya di luar negeri.

Langkah ini dipandang sebagai bentuk tekanan China terhadap perusahaan teknologi AS di tengah eskalasi perang dagang.

Reaksi Analis: Ini Baru Permulaan

Pengenaan tarif dan kontrol ekspor China disebut sebagai strategi peringatan bagi AS. Louise Loo, Kepala Ekonom China di Oxford Economics, menyebut kebijakan ini lebih bersifat simbolis untuk saat ini, tetapi dapat meningkatkan tekanan ekonomi di masa depan.

“Pengenaan bea tambahan bisa menaikkan tarif efektif pada impor AS ke China hingga hampir 2 poin persentase,” ujar Loo dalam wawancara dengan CNBC International.

Sementara itu, Julian Evans-Pritchard, Kepala Ekonom China di Capital Economics, menilai bahwa tindakan China masih memberi ruang untuk negosiasi, tetapi menegaskan Beijing siap memperpanjang perang dagang jika diperlukan.

“Dimensi geoekonomi dalam hubungan dagang AS-China jauh lebih kompleks dibandingkan dengan Kanada dan Meksiko, sehingga penyelesaiannya akan lebih sulit,” tambah Vishnu Varathan, Kepala Riset Makro untuk Asia di Mizuho Bank.

Trump Tak Terburu-buru Berdialog

Di tengah eskalasi ini, Trump menyatakan bahwa dirinya tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Presiden Xi Jinping. Pernyataan ini bertolak belakang dengan klaim sebelumnya dari Gedung Putih bahwa pembicaraan keduanya akan berlangsung dalam waktu 24 jam setelah pengumuman penundaan tarif terhadap Kanada dan Meksiko.

Dengan kebijakan tarif yang terus diberlakukan dan respons China yang semakin agresif, perang dagang antara kedua negara ekonomi terbesar dunia ini diperkirakan masih akan berlanjut dalam waktu yang tidak sebentar.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments