NawaBineka – Pacu Kude di Takengon, Aceh menjadi salah satu bentuk aktivitas untuk melestarikan tradisi dan semangat kompetisi. Setiap tahunnya, kegiatan ini mencuri perhatian warga Aceh.
Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI dirayakan dengan tradisi Pacu Kude, yaitu pacuan kuda yang diikuti oleh para pemuda dari berbagai desa. Pacuan kuda ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol kekuatan dan keberanian.
Pacu Kude adalah tradisi yang mengakar kuat dalam budaya Aceh. Ini mencerminkan semangat kompetisi yang sehat dan sportifitas. Tradisi ini dimulai dengan persiapan yang matang. Para peserta merawat kuda mereka dengan penuh perhatian dan melatihnya setiap hari untuk menghadapi perlombaan.
Baca Juga: Asal Usul Lomba Balap Karung: Dari Tradisi Rakyat ke Ikon Kemerdekaan
Persiapan ini menunjukkan dedikasi dan kerja keras para peserta dalam menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Pada hari perlombaan, suasana di Takengon menjadi sangat meriah. Penonton dari berbagai desa datang untuk menyaksikan pacuan kuda yang menegangkan.

Tradisi unik ini juga menjadi cara untuk mengajarkan nilai-nilai sportivitas dan kerja keras kepada generasi muda. Melalui tradisi ini, kita mengajarkan generasi muda pentingnya sportivitas, kerja keras, dan semangat kompetisi yang sehat. Selain itu, Pacu Kude juga menjadi ajang untuk melestarikan budaya Aceh yang kaya.
“Pacu Kude tidak hanya tentang memenangkan perlombaan, tetapi juga tentang melestarikan budaya dan tradisi lokal,” ungkap Dr. Aini.
Baca Juga: Perjalanan Panjang “Merah Putih” dari Majapahit Hingga Proklamasi
Tradisi unik ini juga menarik minat wisatawan untuk mengenal lebih dekat budaya Aceh.
“Pacu Kude menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih jauh budaya Aceh dan menikmati keindahan alam Takengon,” kata Dr. Aini.
Dengan demikian, Pacu Kude di Aceh tidak hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga simbol dari semangat kemerdekaan yang hidup dalam setiap jiwa masyarakat Aceh.