NawaBineka – Imlek, atau dalam istilah aslinya ‘Xinnian’, merupakan perayaan Tahun Baru berdasarkan kalender lunisolar yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Di Indonesia, istilah ‘Imlek’ sudah sangat akrab di telinga kita. Namun, tahukah kamu dari mana sebutan tersebut berasal? Mari kita kulik lebih dalam!
Imlek biasanya dirayakan dengan semangat yang penuh suka cita, di mana keluarga berkumpul untuk merayakan malam tahun baru yang dikenal dengan istilah ‘Chuxi’. Malam ini penuh dengan ritual sembahyang kepada leluhur sebagai penghormatan dan harapan untuk tahun yang baru.
Selain itu, festival ini juga ditandai dengan berbagai tradisi seperti barongsai, angpao, dan hidangan khas yang lezat.
Asal Usul Istilah ‘Imlek’
Kata ‘Imlek’ sendiri berasal dari bahasa Hokkian, yang dalam penulisan Tionghoa berarti perayaan tahun baru. Sebutan ini semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Tionghoa yang tinggal di sini.
Namun, di Tiongkok, istilah resmi untuk perayaan ini adalah ‘Xinnian’ yang berarti tahun baru. Jadi, bisa dibilang ‘Imlek’ adalah istilah lokal yang memiliki makna sangat spesifik di Indonesia.
Mengutip sumber dari Kemenag RI, malam Tahun Baru Imlek disebut ‘Chuxi’ (除夕) yang berarti malam penutupan tahun. Hal ini menjadi kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul dan merayakan bersama, serta melakukan sembahyang sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia
Mungkin kamu pernah mendengar bahwa perayaan Imlek tidak selalu meriah seperti sekarang ini. Selama lebih dari tiga dekade, tepatnya selama masa Orde Baru, perayaan tahun baru ini dilarang secara terbuka.
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 membatasi segala bentuk perayaan tradisi dan keagamaan Tionghoa, membuat Imlek hanya bisa dirayakan dalam lingkup keluarga dan dengan cara yang sangat tertutup.
Setelah reformasi, udara kebebasan berhembus. Pada tahun 1998, Presiden Habibie mencabut berbagai aturan yang diskriminatif, yang menjadi momen awal kembalinya perayaan Imlek secara terbuka.
Puncaknya terjadi pada tahun 2000 saat Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres tersebut, sehingga masyarakat bisa kembali merayakan Imlek dengan lebih leluasa.
Tradisi yang Menyertai Perayaan Imlek
Setiap Tahun Baru Imlek, ada berbagai tradisi yang sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Tionghoa, seperti pemberian angpao, makan kue keranjang, dan melakukan sembahyang. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga simbol harapan akan rezeki dan keberuntungan di tahun yang baru.
Juga, jangan lupakan hal menarik lainnya yang bikin suasana semakin meriah, seperti pertunjukan barongsai yang ikonik. Setiap pertunjukan tersebut diharapkan dapat mengusir keberuntungan buruk dan membawa keberkahan bagi semua orang. Setiap tahun, Imlek bukan hanya jadi moment bagi keluarga, tetapi juga jadi ajang silaturahmi yang hangat dan penuh keceriaan.
Perayaan Imlek di Era Modern
Kini, Imlek sudah menjadi hari libur nasional di Indonesia, dengan pelaksanaan yang penuh warna dan semarak. Masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakannya dengan beragam acara mulai dari festival kuliner hingga pameran seni. Imlek menjadi simbol persatuan dan keragaman budaya di negara kita.
Dengan hadirnya teknologi dan media sosial, kamu bisa melihat bagaimana perayaan Imlek dilakukan dengan lebih kreatif. Dari video lucu hingga tantangan masak kue keranjang, semua berbagi rasa suka cita dalam merayakan tahun baru ini.
Menyongsong Tahun Baru dengan Semangat Baru
Saat Imlek tiba, masyarakat selalu menantikan harapan baru, dengan semangat meningkatkan kebersamaan dan mempererat hubungan dengan keluarga. Momen ini tidak hanya dipandang dari perspektif keagamaan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk merayakan perubahan dan harapan baru.
Sambil menikmati berbagai hidangan khas Tahun Baru Imlek, mari kita ingat pentingnya memperkuat nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, dan saling menghargai. Ini adalah waktu yang tepat untuk memulai tahun baru dengan semangat yang positif dan optimis!