Nawabineka – Kasus meninggalnya ARO (9), seorang siswa kelas 3 SD di Subang, Jawa Barat, masih menjadi perhatian serius. Kasatreskrim Polres Subang, AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, mengatakan bahwa autopsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian korban.
“Autopsi ini dilakukan untuk memastikan penyebab korban meninggal dunia, sekaligus untuk proses penyelidikan kasus ini,” ujar Gilang kepada wartawan pada Selasa (26/11/2024) malam.
Ia juga menegaskan bahwa proses penyidikan kasus ini terus berjalan. “Kami sudah lakukan pemeriksaan sejumlah saksi, baik dari pihak keluarga, teman korban, hingga pihak sekolah. Karena korban meninggal, kami akan menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab korban meninggal,” tambahnya.
Perjuangan Tim Medis Menyelamatkan ARO
Sementara itu, korban meninggal dunia setelah sempat dirawat intensif selama 6 hari di RSUD Ciereng. Sebelumnya, kondisi ARO kritis dan mengalami koma akibat dugaan pendarahan di otak.
“Ini hari ke-6, kondisinya memang tidak stabil, kritis, kondisi koma. Kalau dari sisi medis ini sudah mati batang otak. Tadi meninggal jam 16.10 WIB,” ujar Wadirut Pelayanan Medik RSUD Ciereng, Syamsu Riza, kepada wartawan.
Syamsu menjelaskan bahwa sejak awal ARO datang ke rumah sakit, kondisinya sudah sangat buruk. “Dari awal datang sampai meninggal tidak ada perubahan. Saat datang sudah koma di IGD, tidak sadarkan diri. Kita belum bisa menentukan sudah lama atau tidak, makanya dilakukan autopsi oleh pihak kepolisian. Dari hasil autopsi baru bisa disimpulkan,” katanya.
Pihak rumah sakit menduga pendarahan di otak menjadi penyebab utama kondisi kritis ARO. “Diagnosa awal terjadi pendarahan di otak. Curiganya ke sana (benturan), kalau tidak ada kecurigaan lain. Belum bisa kita pastikan ada penyakit bawaan atau tidak karena pasien tidak stabil, sehingga kita tetap melakukan observasi,” tambah Syamsu.
Keluarga Tidak Menyangka Ada Perundungan
Pihak keluarga awalnya tidak mengetahui bahwa ARO menjadi korban perundungan. Sarti, saudara korban, bercerita bahwa ARO sempat mengeluh sakit perut dan kepala, serta muntah-muntah selama dua hari.
“Dua hari itu dia muntah terus, kalau makan muntah, perutnya sakit. Sama uwaknya nggak cerita karena takut. Kata saya, kenapa kamu kayak gitu? Perutnya sakit, dibenerin (diurut). Abis diurut nggak muntah lagi,” ungkap Sarti.
Namun, kondisi ARO semakin memburuk. Ia bahkan kesulitan membuka mata dan harus merangkak saat berjalan.
Pelaku Perundungan Diduga Kakak Kelas
Berdasarkan informasi yang beredar, ARO mengalami perundungan oleh kakak kelasnya yang duduk di kelas 4 dan kelas 5. Pelaku yang berinisial M, D, dan O diduga melakukan aksi bullying hingga mengakibatkan kondisi korban semakin parah.
Pesan untuk Semua
Kematian ARO menyisakan luka mendalam, tidak hanya untuk keluarga tetapi juga bagi kita semua. Kasus ini mengingatkan pentingnya menghentikan perundungan, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial. Tidak ada ruang untuk bullying, karena dampaknya begitu besar dan bisa merenggut nyawa.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Selamat jalan, ARO. Semoga engkau tenang di sisi-Nya. 🙏