NawaBineka – Israel dan kelompok perlawanan Hamas di Gaza mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan efektif berlaku mulai Minggu (19/1/2025). Kesepakatan ini diumumkan pada Rabu (15/1) waktu setempat dan dirancang berlangsung selama enam pekan sebagai fase pertama, dengan dukungan mediasi dari Qatar.
Rincian Fase Pertama
Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan gencatan senjata akan dibagi dalam tiga fase. Pada fase pertama yang berlangsung selama 42 hari, Israel berkomitmen untuk menarik mundur pasukan militernya dari wilayah Gaza, mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, serta melakukan pertukaran tahanan dengan Hamas.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Hamas akan membebaskan 33 sandera, yang terdiri dari perempuan dan anak-anak atau remaja. Sementara itu, Israel juga akan melepaskan sejumlah tahanan sebagai imbal balik.
Fase Selanjutnya Masih dalam Pembahasan
Detail lebih lanjut mengenai fase kedua dan ketiga belum diumumkan. Perdana Menteri Qatar mengatakan bahwa informasi lebih rinci akan disampaikan setelah pelaksanaan fase pertama.
“Kami akan melanjutkan semua upaya yang memungkinkan untuk memastikan kesepakatan ini dilaksanakan sepenuhnya,” ujar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani kepada CNN.
Ia juga berharap kesepakatan ini menjadi langkah menuju perdamaian yang berkelanjutan. “Pada akhirnya, semua bergantung pada iktikad baik para pihak untuk memastikan tidak ada kegagalan dalam pelaksanaannya,” sambung dia.
Pandangan Hamas
Hamas menganggap kesepakatan ini sebagai kemenangan besar yang mencerminkan keteguhan rakyat Gaza dan keberanian kelompok perlawanan mereka. “Ini juga menjadi penegasan kembali kegagalan penjajahan untuk mencapai salah satu tujuannya,” ujar juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, kepada Reuters.
Kesepakatan ini mendapat perhatian internasional, mengingat konflik berkepanjangan yang telah menimbulkan penderitaan luar biasa di Gaza. Langkah awal ini diharapkan menjadi dasar bagi solusi jangka panjang yang mampu membawa perdamaian dan kestabilan di wilayah tersebut.
Dengan dimulainya fase pertama, semua mata kini tertuju pada pelaksanaannya, yang diharapkan dapat membuka jalan menuju solusi damai antara kedua pihak.