Sunday, February 9, 2025
spot_img
HomeLifestyleApakah Perselingkuhan Memang Sebuah Penyakit yang Tak Bisa Diobati?

Apakah Perselingkuhan Memang Sebuah Penyakit yang Tak Bisa Diobati?

NawaBinekaPerselingkuhan sering kali dianggap sebagai salah satu bentuk pengkhianatan terbesar dalam hubungan, baik pernikahan maupun pacaran. Namun, muncul pertanyaan yang menarik dan penuh kontroversi: Apakah perselingkuhan adalah penyakit yang tak bisa diobati?

Pertanyaan ini muncul di benak banyak orang, terutama ketika kasus perselingkuhan yang melibatkan publik figur mencuat ke permukaan. Salah satu kasus yang baru-baru ini menarik perhatian publik adalah dugaan perselingkuhan Azizah Salsha, istri pesepak bola Timnas Indonesia Pratama Arhan, dengan Salim Nauderer, mantan kekasih Rachel Vennya. Kabar ini tidak hanya mengguncang keluarga kecil mereka, tetapi juga memicu perdebatan yang lebih luas tentang sifat perselingkuhan itu sendiri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak: Pesona Libra Bakal Terpancar di September

Baca Juga: Drama Perselingkuhan Azizah Salsha Dikhawatirkan Ganggu Penampilan Pratama Arhan di Timnas

Perselingkuhan.(Foto: Pexels)
Perselingkuhan.(Foto: Pexels)

Perselingkuhan: Kebiasaan atau Penyakit?

Dalam perspektif psikologi, perselingkuhan bukanlah penyakit dalam pengertian medis yang konvensional, tetapi lebih kepada gejala dari masalah yang lebih dalam. Beberapa ahli berpendapat bahwa perselingkuhan bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk kurangnya komunikasi dalam hubungan, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, atau bahkan sebagai bentuk pelarian dari konflik yang tak terselesaikan.

Namun, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa bagi sebagian orang, perselingkuhan bisa menjadi semacam “kebiasaan buruk” yang sulit dihentikan, mirip dengan kecanduan. Mereka yang kerap kali berselingkuh mungkin melakukannya karena dorongan yang kuat untuk mencari kepuasan di luar hubungan utama mereka, meskipun tahu tindakan tersebut salah. Dalam konteks ini, perselingkuhan bisa dianggap sebagai perilaku kompulsif yang berulang, dan tanpa bantuan atau intervensi, sulit untuk dihentikan.

Mungkinkah Diobati?

Banyak yang percaya bahwa perselingkuhan tidak harus menjadi akhir dari segalanya. Dengan konseling, terapi, dan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak, hubungan yang telah tercemar oleh perselingkuhan dapat dipulihkan. Terapi pasangan, misalnya, dapat membantu kedua pihak mengidentifikasi akar masalah yang menyebabkan perselingkuhan dan bekerja untuk membangun kembali kepercayaan yang telah hilang.

Baca Juga: Instagram Andre Rosiade Diserbu Warganet Usai Kabar Perselingkuhan Azizah Salsha

Namun, dalam beberapa kasus, seperti yang mungkin terjadi pada situasi Azizah Salsha dan Pratama Arhan, kepercayaan yang rusak mungkin terlalu sulit untuk diperbaiki. Publikasi luas dari dugaan perselingkuhan dan tekanan sosial yang menyertainya bisa memperburuk keadaan, membuat proses pemulihan menjadi lebih rumit. Dalam konteks ini, keputusan untuk berpisah atau mempertahankan hubungan sangat bergantung pada individu yang terlibat dan kemampuan mereka untuk mengatasi luka emosional yang ada.

Pratama Arhan dan Azizah Salsha atau Zize. (Foto: Instagram/@pratamaarhan8)
Pratama Arhan dan Azizah Salsha atau Zize. (Foto: Instagram/@pratamaarhan8)

Kasus Azizah Salsha: Refleksi dari Masalah yang Lebih Besar?

Kasus Azizah Salsha dan Pratama Arhan, meskipun belum sepenuhnya terbukti, menggambarkan betapa kompleksnya isu perselingkuhan dalam hubungan. Apakah tindakan Azizah merupakan hasil dari dinamika hubungan yang buruk, atau apakah ini mencerminkan pola perilaku yang lebih dalam? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab tanpa pemahaman penuh tentang situasi mereka.

Namun, yang jelas adalah bahwa perselingkuhan, dalam bentuk apa pun, selalu membawa konsekuensi yang berat. Baik itu karena kurangnya pemenuhan emosional atau sebagai kebiasaan buruk yang berulang, dampaknya dapat menghancurkan tidak hanya hubungan, tetapi juga kepercayaan diri dan rasa aman dari orang-orang yang terlibat.

Baca Juga: Penting! Nih Dampak Jangka Panjang Bullying dan Cyberbullying

Penyakit atau Pilihan?

Pada akhirnya, menyebut perselingkuhan sebagai penyakit mungkin tidak sepenuhnya akurat. Lebih tepat mungkin untuk melihatnya sebagai gejala dari masalah yang lebih besar dalam hubungan atau sebagai perilaku yang dapat diubah dengan bantuan yang tepat. Namun, seperti halnya kebiasaan buruk lainnya, menghentikan perselingkuhan membutuhkan kesadaran diri, komitmen, dan upaya yang serius untuk memperbaiki apa yang rusak.

Kasus seperti yang diduga terjadi pada Azizah Salsha dan Pratama Arhan mengingatkan kita bahwa tidak ada solusi mudah untuk masalah ini. Setiap individu dan pasangan perlu menemukan jalannya sendiri untuk menghadapi dan, jika mungkin, mengatasi tantangan ini.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments