NawaBineka – Hari Senin sering kali menjadi momok bagi banyak karyawan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, keluhan mengenai hari pertama kerja dalam minggu ini telah menjadi semacam ritual mingguan yang tak terelakkan.
Tetapi, mengapa begitu banyak orang yang merasa tertekan atau bahkan takut menghadapi Senin? Fenomena ini bisa dijelaskan melalui berbagai faktor yang saling terkait.
Transisi dari Liburan ke Rutinitas Kerja
Salah satu alasan utama mengapa karyawan sering mengeluh tentang hari Senin adalah karena transisi dari akhir pekan yang santai kembali ke rutinitas kerja yang penuh tekanan. Setelah dua hari menikmati waktu bersama keluarga, bersantai, atau melakukan hobi, karyawan dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus kembali menjalani pekerjaan yang sering kali menuntut. Perasaan terpaksa ini sering kali menimbulkan kecemasan dan stres, yang memuncak pada Minggu malam, dikenal dengan istilah “Sunday Scaries.”
Beban Kerja yang Menumpuk
Banyak karyawan di Indonesia merasa bahwa hari Senin adalah hari yang penuh dengan beban kerja. Tidak jarang tugas-tugas yang tertunda dari minggu sebelumnya atau pekerjaan yang baru ditugaskan harus segera diselesaikan pada hari pertama dalam minggu ini. Dengan beban kerja yang menumpuk, wajar jika banyak orang merasa kewalahan dan kurang bersemangat untuk memulai minggu kerja mereka.
Baca Juga: 4 Tips Jaga Mood Kerja Biar Lebih Produktif

Ketidakseimbangan Kehidupan Kerja dan Pribadi
Isu lain yang sering menjadi keluhan adalah ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Dalam budaya kerja yang kerap kali menuntut dedikasi tinggi, karyawan merasa bahwa hari kerja, terutama hari Senin, mengganggu keseimbangan tersebut. Mereka merasa bahwa waktu untuk diri sendiri dan keluarga terlalu singkat, sehingga hari Senin seolah-olah menjadi simbol dari hilangnya kebebasan dan waktu pribadi.
Lingkungan Kerja yang Tidak Kondusif
Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat menjadi faktor yang membuat karyawan merasa tertekan setiap kali menghadapi hari Senin. Ketidaknyamanan ini bisa berasal dari berbagai aspek, mulai dari atasan yang otoriter, rekan kerja yang tidak mendukung, hingga kondisi fisik tempat kerja yang kurang nyaman. Dalam situasi seperti ini, Senin menjadi hari yang paling tidak diharapkan karena menandakan kembalinya interaksi dengan lingkungan yang tidak menyenangkan.
Mentalitas Kolektif yang Menular
Menariknya, rasa benci terhadap hari Senin juga bisa menjadi semacam mentalitas kolektif. Ketika banyak orang di sekitar kita mengeluh tentang Senin, perasaan negatif ini dapat menular dan memperkuat persepsi bahwa hari tersebut memang patut dihindari. Media sosial dan percakapan sehari-hari yang dipenuhi dengan keluhan tentang hari Senin juga berkontribusi dalam memperkuat stigma ini.
Baca Juga: Gangguan Tidur Akibat Penggunaan Handphone
Meskipun hari Senin hanya salah satu dari tujuh hari dalam seminggu, ia telah mendapatkan reputasi sebagai hari yang paling tidak disukai oleh banyak karyawan di Indonesia. Dari transisi liburan ke rutinitas kerja, beban kerja yang menumpuk, hingga lingkungan kerja yang kurang mendukung, ada berbagai alasan mengapa Senin menjadi hari yang sering dikeluhkan. Menyadari faktor-faktor ini dapat membantu karyawan dan perusahaan mencari cara untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan di tempat kerja. Bagaimanapun, memulai minggu dengan semangat positif mungkin menjadi kunci untuk mengubah pandangan negatif terhadap hari Senin.